Aptindo: Dampak Kenaikan Harga Mie Instan Tidak Signifikan
Ratna mengatakan kenaikan harga mie instan justru bisa akan berdampak langsung ke komoditas bahan pokok lainnya seperti cabai dan minyak goreng
Penulis: Reynas Abdila
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Ratna Sari Loppies mengatakan saat ini pasokan gandum di dalam negeri masih mencukupi.
Menurut Ratna, hal tersebut membuat industri pengguna tepung termasuk mie instan belum terdampak signifikan.
"Ada dampaknya tetapi kecil sehingga bilapun harga naik, kenaikannya gradual tidak memberatkan konsumen dan industri," katanya kepada Tribun Network, Jumat (12/8/2022).
Baca juga: Harga Mie Instan Dikabarkan Melonjak Akibat Suplai Gandum Terhambat, Begini Penjelasan Bos Indofood
Dalam catatan Aptindo, harga tepung hanya berkontribusi sekitar 20 persen dari total biaya produksi mie instan.
Ratna mengatakan kenaikan harga mie instan justru bisa akan berdampak langsung ke komoditas bahan pokok lainnya seperti cabai dan minyak goreng.
Sementara industri berbasis tepung yang lain seperti roti dan biskuit relatif aman.
"Karena di produk tersebut ada gula, mentega, susu, dan bahan lainnya, tidak melulu tepung terigu," kata Ratna.
Ratna menilai kenaikan harga tepung terigu malah berdampak pada industri berbasis tepung berskala kecil dan menengah.
Beberapa industri tersebut di antaranya mie basah yang biasa dipasok untuk penjual mi ayam hingga kue tradisional.
Baca juga: Update Harga Mie Instan di Indomaret dan Alfamart, Kamis 11 Agustus 2022
Sementara Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, pemerintah Indonesia harus waspada dengan kenaikan harga gandum karena dapat memicu inflasi.
Huda menekankan nilai impor gandum Indonesia dari Ukraina relatif besar, walaupun Indonesia lebih banyak impor dari Australia.
"Seluruh negara dunia saat ini khawatir akan krisis pangan akibat pasokan global terganggu," tuturnya.
Huda mengatakan Indonesia yang sangat bergantung pada impor gandum di dunia mau tidak mau membuat industri pengguna tepung harus menaikkan biaya produksinya.