Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

1 Tahun Beroperasi, Harita Nickel Hasilkan Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik Sebesar 188.600 WMT

Di bawah naungan Harita Nickel, Halmahera Persada Lygend menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik

zoom-in 1 Tahun Beroperasi, Harita Nickel Hasilkan Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik  Sebesar 188.600 WMT
ISTIMEWA
Mixed Hydroxide Precipitate, produk antara proses High Pressure Acid Leach, yang digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik. 

TRIBUNNEWS.COM - Sejak diresmikan pada 23 Juni 2021 di bawah naungan Harita Nickel, Halmahera Persada Lygend menjadi perusahaan pertama di Indonesia yang memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik.

Perusahaan ini memproduksi dan memasarkan Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebagai produk hilirisasi nikel premium, untuk bahan baku pembuatan baterai kendaraan listrik.

Nantinya, MHP diolah menjadi Nikel Sulfat (NiSO4) dan Kobalt Sulfat (CoSO4) yang merupakan bahan baku baterai kendaraan listrik.

Tercatat, sejak awal beroperasi hingga Juni 2022, sebanyak 188.600 WMT telah berhasil diproduksi untuk untuk memenuhi kebutuhan baterai kendaraan listrik.

Guru Besar Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof. Dr. Mohammad Zaki Mubarok ST.MT, mengatakan bahwa kehadiran pabrik berteknologi High Pressure Acid Leach (HPAL) dari Harita Nickel ini membawa inovasi di sektor hilirisasi dalam negeri sebagai salah satu teknologi mutakhir yang pertama di Indonesia.

“Ini hal baru, mengolah low grade nickel yang selama ini belum diolah,” ujarnya.

Singkatnya, teknologi HPAL mampu menjadikan nikel limonit (kadar rendah) yang tadinya tidak terpakai menjadi produk bernilai ekonomis yang lebih ramah lingkungan dengan penempatan sisa hasil pengolahan di area bekas tambang dan tidak mengganggu lingkungan.

Berita Rekomendasi

“Itu (cara tersebut) yang dapat dikatakan realistis dan aman,” ungkap Zaki. 

Tak hanya itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Maluku Utara, Fachruddin Tukuboya, mengatakan bahwa pihaknya beserta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan pemantauan pengelolaan lingkungan di area operasional pabrik sehingga penerapan teknologi HPAL dijamin keamanannya oleh pemerintah.

“Pengelolaan lingkungannya masih baik. Selama ini hasil uji laboratorium memenuhi baku mutu, sesuai dengan ketentuan Kementerian KLHK,” ujar Fachruddin.

Lingkungan sekitar tetap terjaga

Bukti nyata dari terjaganya kelestarian lingkungan sekitar dirasakan dan dibuktikan langsung oleh kelompok nelayan Desa Kawasi yang diketuai oleh Edi Karamaha.

Menurutnya, biota laut di sekitar perairan Kawasi terawat dengan baik, sehingga membuat sumber mata pencaharian tetap terjaga.

“Di sini kami sering melaut. Tidak terlalu jauh, bisa di sekitar area pantai saja karena kami sudah bisa dapat ikan, baik itu ikan layang atau ikan dasar. Masih banyak tempat-tempat ikan yang bisa kami jumpai. Ketika kami pulang, masyarakat juga sudah menunggu karena mereka senang ikan segar,” ujar Edi.

Kehadiran HPAL juga memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat maupun pendapatan negara.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Maluku Utara pada triwulan I-2022 lalu, ekonomi Maluku Utara mengalami pertumbuhan sebesar 29,63 persen jika dibandingkan dengan triwulan tahun sebelumnya.

Angka tersebut dipengaruhi oleh industri pengolahan yang tumbuh sebesar 138,92 persen pada triwulan II dimana produksi feronikel dan MHP oleh Harita Nickel turut berkontribusi pada pertumbuhan tersebut.

Tak hanya itu, dengan beroperasinya pabrik HPAL, ribuan tenaga kerja lokal dan program pemberdayaan masyarakat adalah faktor penting yang menambah kontribusi perusahaan bagi untuk perkembangan daerah sekitar.      

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas