Kenaikan Harga BBM Bersubsidi Dinilai Tak Tepat di Saat Rakyat sedang Pemulihan Ekonomi
Koordinator Presidium Lingkar Mahasiswa Jakarta Raya (LIMAJAYA), Farid Sudrajat menilai, rencana kenaikan harga BBM bersubsidi tidak tepat.
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Whiesa Daniswara
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Presidium Lingkar Mahasiswa Jakarta Raya (LIMAJAYA), Farid Sudrajat menolak adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi jenis Pertalite dan Solar.
Dia menilai, waktunya tidak tepat. Sebab, saat ini, banyak rakyat sedang berjuang untuk bangkit dari keterpurukan akibat pandemi Covid-19.
"Rakyat sedang melakukan pemulihan. Baik pemulihan ekonomi maupun kesehatan," kata Farid dalam keterangannya dikutip Kamis (25/8/2022).
Berdasarkan kajian serta analisisnya, Farid yakin kenaikan harga BBM akan menimbulkan efek bola salju.
Bahkan akan memberikan tambahan inflasi pada Indonesia.
Baca juga: Legislator PDIP Tak Setuju Harga BBM Bersubsidi Naik
"Kenaikan BBM dalam hal ini akan berdampak pada naiknya bahan pokok dan energi. Kenaikan barang pokok sudah tentu akan menimbulkan inflasi," ucapnya.
Farid menilai, jika kenaikan harga BBM tidak terlepas dari adanya oligarki yang bermain, terlebih berdasarkan catatannya, Indonesia berencana membeli minyak dunia dengan harga lebih kecil dari harga pasar minyak dunia.
"Kenaikan BBM bersubsidi cenderung menguntungkan oligarki, karena Indonesia punya rencana membeli minyak dari Rusia, di mana harga minyak rusia 30 persen lebih kecil dari minyak dunia."
"Ketika indonesia berencana membeli minyak murah kenapa BBM naik? Artinya kenaikan BBM hanya akan menguntungkan oligarki dari segi angka biaya produksi," ujar Farid.
Di sisi lain, Kementerian Perhubungan juga telah mewacanakan akan menaikkan tarif ojek online ditengah maraknya isu terkait kenaikan harga BBM.
Baca juga: VIDEO Belum Ada Keputusan Soal Penyesuaian Harga BBM, Pemerintah Masih Mendiskusikan
Farid juga menegaskan dirinya akan turun ke jalan jika usulnya tak diindahkan.
"Apalagi rencana Kemenhub akan menaikkan tarif ojek online yang tentunya akan berdampak pada driver ojol, yang di mana dalam kurun waktu yang sama kenaikan BBM dengan kenaikan tarif ojek online akan tetapi pendapatan dari driver ojek online pun dalam sistem pembagian hasil tidak menambah."
"Maka Kami akan turun kejalan bersama rakyat untuk menolak kenaikan harga BBM bersubsidi," pungkasnya.