Pemerintah Tercekik Subsidi BBM? Ekonom: Bisa Contoh Timor Leste
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini meleset dari 23 juta kilo liter menjadi 29,06 juta kilo liter.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Harga minyak dunia dunia masih cukup tinggi semakin mencekik keuangan pemerintah yang terus memberikan subsidi.
Pemerintah pun meminta agar masyarakat bisa menghemat konsumsi energi.
Subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang selama ini meleset dari 23 juta kilo liter menjadi 29,06 juta kilo liter.
Hal ini menyebabkan Pemerintah harus mengeluarkan Rp 658 triliun untuk subsidi.
Baca juga: BLT BBM Rp 600 Ribu akan Segera Cair, Berikut Mekanisme Pembagiannya
Sinyal kenaikan harga BBM bersubsidi terus menguat akibat harga minyak dunia yang masih tinggi.
"Harga minyak dunia masih 100 dolar AS (per barel), beban pemerintah untuk subsidi tinggi. Ini kita himbau masyarakat untuk hemat energi," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif ketika ditanyai soal rencana penyesuaian harga BBM Subsidi, Kamis (1/9/2022).
Arifin melanjutkan, Indonesia kini menghadapi tantangan kebutuhan energi jangka panjang. Untuk itu, pemanfaatan sumber energi non fosil diharapkan bisa dilakukan.
Sebelumnya, sinyal penyesuaian harga BBM Subsidi terus menguat. Konsumsi yang kian meningkat dan tekanan pada APBN jadi salah satu pertimbangan pemerintah mengevaluasi harga BBM Subsidi.
Kontan mencatat, harga jual Pertalite saat ini yang berada dipatok sebesar Rp 7.650 per liter, sudah jauh dari harga keekonomian.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyebut, harga keekonomian Pertalite saat ini sudah mencapai mencapai Rp 17.200 per liter.
Arifin mengungkapkan, kondisi tersebut memberikan tekanan pada Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN).
Arifin menjelaskan, saat ini pemerintah harus mengimpor BBM dengan besaran sekitar 600.000 hingga 700.000 barel per hari.
Baca juga: Ojek Online, Sopir Angkot hingga Mobil Pribadi Serbu SPBU di Kota Serang Jelang Kenaikan Harga BBM
Dengan harga minyak yang rerata ada di level US$ 100 per barel maka ada beban pengeluaran mencapai sekitar US$ 65 juta setiap harinya.
Menurutnya, saat ini gap antara harga jual dan harga keekonomian BBM Subsidi cukup tinggi. Adapun harga jual Solar Subsidi kini di level Rp 5.450 per liter. Sementara harga keekonomiannya mencapai Rp 17.600 per liter.