Dampak Hawkish The Fed, Suku Bunga Utama Bank-bank Besar AS Melonjak ke Level Tertinggi
Ketiga bank tersebut tengah mempertimbangkan kenaikan suku bunga ke level tertingginya sejak 2008, mengikuti langkah The Fed
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dampak kenaikan hawkish oleh The Fed tak hanya mendorong kehancuran bagi aset-aset berisiko, namun juga membuat sejumlah bank besar di AS mengalami kenaikan suku bunga acuan.
Ketiga bank tersebut diantaranya JPMorgan Chase & Co , Citigroup Inc dan Wells Fargo & Co.
Ketiga bank tersebut tengah mempertimbangkan kenaikan suku bunga ke level tertingginya sejak 2008, mengikuti langkah The Fed yang telah lebih dulu mengerek naik suku bunga acuan sebesar 75 basis poin secara berturut-turut pada Kamis (22/9/2022).
Baca juga: Sri Mulyani Waspadai Keluarnya Dana Asing Usai Kenaikan Suku Bunga The Fed 75 Basis Poin
Kenaikan suku bunga inilah yang kemudian meningkatkan profitabilitas pada bank-bank umum, karena keputusan The Fed dapat menyeret turun pendapatan bunga bersih para perbankan lokal dan mengarahkan perekonomian ke dalam resesi karena permintaan konsumen untuk melakukan pinjaman mengalami penyusutan.
Alasan tersebut yang kemudian membuat para perbankan lokal mengalami kerugian karena mengalami penurunan permintaan pinjaman deposito.
Khawatir masalah ini akan menekan pendapatan, membuat ketiga bank diatas sepakat menaikkan suku bunga menjadi 4,6 hingga akhir tahun depan.
"Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan perlambatan baik dalam pinjaman konsumen maupun pinjaman korporasi," kata Lance Roberts, kepala strategi investasi dan ekonom di RIA Advisors.
Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?
Meski kebijakan ini dapat membuat deposito perbankan lokal di AS menyusut, namun dalam laporan Proyeksi Ekonomi The Fed yang baru dirilis kemarin, menjelaskan bahwa kenaikan suku bunga acuan dilakukan untuk mengerek penurunan laju inflasi di kisaran 2 persen.
“Kami berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen," demikian pernyataan FOMC.
Mengingat saat ini juga kenaikan inflasi harga barang dan jasa sepanjang tahun ini telah naik 4,5 persen, kondisi ini diperkirakan akan berlanjut dimana inflasi tahun depan mencapai 3,1 persen.