Sri Mulyani Waspadai Keluarnya Dana Asing Usai Kenaikan Suku Bunga The Fed 75 Basis Poin
International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa 60 negara akan menghadapi kesulitan di dalam pembiayaan utang.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah mewaspadai kemungkinan risiko keluarnya dana asing atau capital outflow usai Bank Sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin.
"Kita tetap harus waspada terhadap kemungkinan gejolak dari capital outflow itu karena kenaikan suku bunga yang sangat hawkis," kata Sri Mulyani yang dikutip dari Kontan, Kamis (22/9/2022).
Namun, Sri Mulyani optimistis perekonomian Indonesia masih cukup baik menghadapi kenaikan suku bunga The Fed, seiring neraca perdagangan yang masih surplus dan juga cadangan devisa yang relatif stabil.
Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga 75 Basis Poin, Bagaimana Dampaknya ke Ekonomi Indonesia?
Menurutnya, sikap waspada bukan hanya dilakukan Indonesia saja tetapi negara berkembang lainnya.
"Sebetulnya dinamika dari capital outflow dengan pengumuman dari mulai normalisasi, atau yang disebut kenaikan suku bunga yang kemudian menimbulkan dampak. Itu sudah mulai terjadi selama ini. Tahun 2022 ini sebetulnya capital outflow dari emerging country sudah sangat terjadi dan bahkan cukup dramatis," ujar Sri Mulyani.
Oleh karena itu, hal tersebut menyebabkan banyak negara yang pembiayaannya akan sulit atau pengelolaan utangnya.
Bahkan International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa 60 negara akan menghadapi kesulitan di dalam pembiayaan utang.
Dengan kebijakan yang diambil oleh The Fed, Sri Mulyani menyarankan untuk negara-negara berkembang memperkuat resiliensi untuk menghadapi risiko capital outflow.
"Walaupun sudah disampaikan berkali-kali, proyeksi terhadap The Fed yang akan diperkirakan suku bunganya bisa mencapai di atas 4 persen tahun depan sudah dimasukkan di dalam perkiraan dinamika dari capital outflow," katanya.