Awal Pekan, IHSG Diprediksi Menguat, Analis: Sudah Ada Kepastian Terkait Suku Bunga Acuan
Pergerakan IHSG diprediksi akan naik dengan rentang support-resistance di 7.145-7.215.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal pekan ini, Senin (26/9/2022) diprediksi menguat.
Tercatat, pada perdagangan Jumat (23/9/2022), IHSG ditutup turun 0,56 persen ke level 7.178,58.
Analis Indo Premier Sekuritas Mino memprediksi, IHSG akan naik dengan rentang support-resistance di 7.145-7.215.
Baca juga: IHSG Menguat Tipis 0,14 Persen Selama Sepekan
Sentimen utamanya berasal dari sudah adanya kepastian terkait kebijakan suku bunga acuan.
Pada pekan lalu, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis points (bps), sesuai ekspektasi pasar.
Hal ini diikuti dengan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, di atas ekspektasi pasar.
Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper Jordan juga memprediksi IHSG akan menguat pada Senin (26/9).
Support 1 berada di level 7.158, support 2 di 7.141, resistance 1 di 7.205, dan resistance 2 di 7.235.
Secara teknikal, candlestick membentuk formasi bearish harami serta tertahan di resistance MA 5 dan MA 20 mengindikasikan potensi pelemahan.
"Pergerakan akan terbatas di awal pekan melihat Stochastic mulai mendekati area oversold," ucap Dennies.
Sementara itu, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan melihat, IHSG akan sideway untuk beberapa waktu ke depan. Kisaran support-resistance berada di 7.130-7.230.
Dari eksternal, IHSG dibayangi oleh meningkatnya kekhawatiran resesi, khususnya di AS seiring upaya agresif The Fed untuk menekan inflasi di AS. CNBC's September Fed survey menghasilkan 52% kemungkinan ekonomi AS memasuki resesi dalam 12 bulan ke depan.
Dari dalam negeri, keputusan BI untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 bps, lebih besar dari perkiraan pasar di 25 bps turut membayangi IHSG.
Baca juga: BI Diperkirakan Naikkan Suku Bunga Lagi Hingga Capai 5 Persen di Akhir 2022
Menurut Valdy, tekanan bagi BI untuk kembali menaikkan suku bunga acuan saat ini cukup besar.
Di samping potensi kenaikan inflasi, nilai tukar Rupiah cenderung tertahan di atas level psikologis Rp 15.000 per dolar AS sejak kenaikan suku bunga acuan The Fed di 22 September 2022.
"Mempertimbangkan hal-hal di atas, saham-saham energi nampaknya masih menjadi top picks untuk saat ini," ucap Valdy.
Sejumlah saham dengan potensi rebound lanjutan, seperti INDY, TKIM, SSMS, dan MEDC dapat diperhatikan. ADRO, PTBA, dan HRUM juga masih berada dalam kecenderungan rebound meski terjadi pullback di Jumat (23/9).
Sementara itu, menurut Mino, saham yang menarik dicermati adalah BRIS, ISAT, PGAS, dan TLKM. Dennies melihat, saham yang layak dicermati adalah WIIM, RALS, dan ADRO. (Nur Qolbi/Kontan)