Harga Minyak Terkoreksi di Tengah Penguatan Dolar AS
harga minyak mentah berjangka Brent turun 41 sen, atau 0,5 persen, menjadi 88,91 dolar AS per barel pada pukul 03:37 GMT
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - Harga minyak turun pada perdagangan hari ini, Kamis (29/9/2022), setelah naik lebih dari 3 dolar AS di sesi sebelumnya, menyusul penguatan dolar AS yang mempengaruhi permintaan minyak dari pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Dikutip dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 41 sen, atau 0,5 persen, menjadi 88,91 dolar AS per barel pada pukul 03:37 GMT.
Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS jatuh 25 sen atau 0,4 persen menjadi 81,80 dolar AS per barel.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Turun, Pengamat Energi Sebut Ada Kemungkinan Harga BBM Juga Ikutan Turun
WTI dan Brent telah rebound dalam dua sesi sebelumnya, yang dipicu oleh penurunan sementara indeks dolar dan penarikan persediaan bahan bakar di Amerika Serikat yang lebih besar dari perkiraan, meningkatkan harapan mengenai pemulihan permintaan konsumen.
Namun, indeks dolar AS naik kembali pada hari ini, sehingga mengurangi selera risiko investor dan memicu kekhawatiran resesi global.
Bank of England mengatakan pihaknya berkomitmen untuk membeli sebanyak mungkin obligasi pemerintah jangka panjang, yang dikenal sebagai gilt, antara 28 September hingga 14 Oktober 2022 untuk menstabilkan poundsterling, setelah rencana anggaran pemerintah Inggris yang diumumkan pekan lalu membuat mata uang negara itu jatuh.
Bank investasi Goldman Sachs memangkas perkiraan harga minyak 2023 pada Selasa (27/9/2022) kemarin, karena ekspektasi permintaan yang lemah dan penguatan dolar AS. Goldman Sachs menambahkan, kekecewaan terhadap pasokan global dapat memperkuat prospek bullish jangka panjang harga minyak.
Sementara di China, importir utama minyak mentah dunia, perjalanan selama libur nasional selama seminggu akan mencapai level terendah dalam beberapa tahun terakhir, karena adanya kebijakan nol-Covid yang ketat di Beijing sehingga mendorong warganya untuk tinggal di rumah.
Baca juga: Harga Minyak Anjlok 1 Persen Menyusul Penguatan Dolar AS
Ekonom di bank investasi Citigroup telah menurunkan perkiraan produk domestik bruto (PDB) China, dari 5 persen pertumbuhan secara year-on-year menjadi 4,6 persen untuk kuartal keempat tahun 2022.
"Langkah-langkah ketat nol-COVID dan sektor properti yang lemah terus mengaburkan prospek pertumbuhan," tulis analis di Citigroup dalam sebuah laporan yang diterbitkan Rabu kemarin.
Di tempat lain, Uni Eropa mengusulkan babak baru dari sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk menjatuhkan sanksi ke lebih banyak individu Rusia, pembatasan perdagangan yang lebih ketat, dan batas harga minyak Rusia.
Namun ke-27 anggota blok itu perlu mengatasi perbedaan pendapatan mereka sebelum menerapkan sanksi tersebut.