8 Dampak Resesi: PHK Massal, Biaya Hidup Meningkat, hingga Isu Kesehatan Mental
8 dampak resesi: PHK massal, biaya hidup meningkat, hingga maraknya isu kesehatan mental. Resesi dapat memberi dampak ekonomi, sosial, psikologi.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Whiesa Daniswara
Memburuknya permintaan konsumen menurunkan ekspektasi pengembalian investasi.
Semua itu dapat menyebabkan penurunan pendapatan termasuk perusahaan media apakah mereka menerbitkan, menyiarkan, atau menjual iklan secara online.
Baca juga: 3 Industri yang Diprediksi Stabil di Tengah Resesi Ekonomi, Salah Satunya Ekspedisi Pengiriman
2. Penurunan kredit dan kepailitan
Ketika dihadapkan dengan penurunan dan durasi yang tidak pasti, pemberi pinjaman menjadi lebih selektif terhadap risiko yang akan dihadapi selama resesi.
Resesi dapat membengkakkan piutang perusahaan karena masalah likuiditas berdampak pada konsumen.
Pelanggan yang berutang pada perusahaan mungkin lebih lambat melakukan pembayaran atau gagal melakukannya sama sekali.
3. PHK karyawan dan pengurangan tunjangan
Bisnis besar dan kecil dapat melakukan PHK untuk memotong biaya.
Terutama, jika mereka membutuhkan lebih sedikit pekerja untuk memenuhi permintaan yang berkurang dari produk dan layanan mereka.
Produktivitas per karyawan dapat meningkat, namun semangat kerja mungkin menurun karena beban kerja meningkat.
Sementara kenaikan gaji lambat atau berhenti di tengah risiko PHK.
Namun, dalam resesi yang berkepanjangan, pekerja dan manajemen perusahaan dapat mempertahankan eksistensi dengan pengurangan upah dan tunjangan.
Jika perusahaan adalah produsen, mungkin terpaksa menutup pabrik dan menghentikan pekerja yang berkinerja buruk.
Sehingga, hal ini memungkinkan terjadinya PHK massal.