Daftar Negara yang Terancam Resesi 2023, Ada Amerika Serikat hingga Rusia
Daftar negara yang terancam resesi 2023. Ada Amerika Serikat hingga Rusia. Invasi Rusia ke Ukraina menjadi penyebab resesi di sejumlah negara.
Penulis: Yunita Rahmayanti
Editor: Pravitri Retno W
TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini daftar negara yang terancam resesi pada tahun 2023.
Resesi atau kelesuan ekonomi sedang mengancam sejumlah negara.
Tanda-tanda resesi ekonomi dapat terlihat dari melemahnya ekonomi beberapa bulan sebelum resesi dimulai, namun tidak bisa langsung ditentukan apakah mengalami resesi.
Dampak resesi dapat bertahan selama bertahun-tahun.
The Guardian menyebut sejumlah negara di Eropa akan mengalami resesi pada tahun 2023.
Simak daftar negara di bawah ini.
Baca juga: 8 Dampak Resesi: PHK Massal, Biaya Hidup Meningkat, hingga Isu Kesehatan Mental
Amerika Serikat
Banyak ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi di AS akan melambat pada tahun 2023.
Namun, mereka tidak dapat menyetujui apakah AS akan memasuki resesi resmi atau tidak.
Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2023 akan sedikit positif, sebesar 0,1 persen, sementara yang lain memprediksi tingkat pertumbuhan -0,4 persen.
Investor AS masih bisa menghasilkan uang dalam resesi, namun lebih sulit.
Perdagangan long-only standar dapat berhasil atau gagal, dikutip dari Forbes.
Inggris
British Chambers of Commerce (BCC) memperkirakan ekonomi Inggris akan terjun ke dalam resesi sebelum akhir tahun 2022.
Inflasi di Inggris akan melonjak menjadi 14 persen.
Kelesuan ekonomi ini diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2024.
Ekspektasi tahunan untuk pertumbuhan PDB juga terus menurun, dengan perkiraan 3,3 persen untuk 2022, jauh di bawah 7,4 % pertumbuhan tercatat pada tahun 2021.
Namun, BCC memperkirakan ekonomi tetap tumbuh pada tahun 2023, meskipun sangat rendah 0,2 persen.
Kemudian, meningkat menjadi 1 persen pada tahun 2024.
Beberapa masalah yang dihadapi Inggris hingga mengalmi resesi adalah meningkatnya biaya energi, penurunan pengeluaran rumah tangga dan upah riil.
Selain itu, prospek ekspor yang lemah, ekonomi global yang pesimis, investasi yang buruk, melemahnya kepercayaan bisnis, dan arus kas mendorong resesi di Inggris.
Banyak dari masalah ini awalnya disebabkan oleh respons global terhadap Covid-19 dan semakin diperparah oleh perang di Ukraina, dikutip dari British Chambers.
Baca juga: Ekonomi Global Terancam Resesi, Bahlil Serukan Waspada, DPR Ingatkan Angka Kemiskinan Dapat Melonjak
Jerman
Jerman sedang mengalami krisis energi selama berbulan-bulan tanpa curah hujan.
Pertumbuhan ekonomi melambat untuk menghentikan kecepatan pada kuartal kedua.
Kondisi ini kemungkinan akan berubah negatif dalam beberapa bulan mendatang.
Carsten Brzeski dari bank Belanda ING mengatakan, model bisnis ekonomi Jerman saat ini sedang direnovasi juga akan membebani prospek pertumbuhan di tahun-tahun mendatang.
Rusia
Rusia terancam resesi karena adanya sanksi Barat.
Dalam resesi ini, Rusia gagal membayar utang luar negerinya untuk pertama kalinya sejak 1918.
Para peneliti dari Universitas Yale mengatakan, Barat melumpuhkan ekonomi Rusia, meskipun para ahli lain tidak setuju.
Holger Schmieding, kepala ekonom di bank Berenberg, mengatakan, data terbaru tidak menunjukkan kesimpulan yang mencolok.
Neraca transaksi Rusia meningkat lebih dari tiga kali lipat karena harga minyak dan gas grosir yang tinggi yang membengkakkan ekspor.
Sementara sanksi Barat menyebabkan penurunan impor.
Namun, dalam jangka panjang para ahli mengatakan ekonomi Rusia akan berjuang dengan hilangnya teknologi dan investasi Barat.
Baca juga: 3 Industri yang Diprediksi Stabil di Tengah Resesi Ekonomi, Salah Satunya Ekspedisi Pengiriman
Italia
Ekonomi Italia mungkin menyusut pada kuartal ketiga tahun ini.
Keadaan ini akan terus berlanjut hingga pertengahan 2023, menurut perkiraan Departemen Keuangan Italia.
Seperti Jerman, Italia sangat bergantung pada gas Rusia.
Dokumen Ekonomi dan Keuangan (DEF) Italia menyebutkan negara itu akan mengamali kenaikan pada kuartal kedua tahun 2023.
DEF memperkirakan pemulihan akan dipimpin oleh kenaikan permintaan internasional, penurunan harga gas dan peningkatan kontribusi terhadap PDB dari dana pemulihan pandemi Uni Eropa, dikutip dari Daily Sabah.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Resesi