Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

IMF dan Bank Dunia Sebut Resesi Global Semakin Suram pada 2023, Sepertiga Ekonomi Dunia Terkontraksi

Sinyal resesi mulai terlihat usai sejumlah negara maju di dunia mengalami perlambatan ekonomi, seperti Eropa yang tengah menghadapi penurunan.

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in IMF dan Bank Dunia Sebut Resesi Global Semakin Suram pada 2023, Sepertiga Ekonomi Dunia Terkontraksi
Chatham House
Ilustrasi logo IMF. Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memperingatkan dunia terkait peningkatan risiko resesi global yang kian suram di 2023, sebagai imbas dari adanya lonjakan inflasi akibat perang Rusia dan Ukraina. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Kepala Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memperingatkan dunia terkait peningkatan risiko resesi global yang kian suram di 2023, sebagai imbas dari adanya lonjakan inflasi akibat perang Rusia dan Ukraina.

Sinyal resesi mulai terlihat usai sejumlah negara maju di dunia mengalami perlambatan ekonomi, seperti Eropa yang tengah menghadapi penurunan zona euro karena harga gas alam yang melonjak.

Mengikuti Eropa, ekonomi China juga dilaporkan tengah berkontraksi imbas dari gangguan Covid-19 dan volatilitas di sektor perumahan. Sedangkan ekonomi AS tersandera oleh kenaikan suku bunga yang melesat ke level tertinggi akibat kebijakan The Fed.

Baca juga: Morgan Stanley: Peluang Resesi Sudah Terlihat di China, Eropa, dan Amerika Serikat

Munculnya tekanan ini yang kemudian membuat IMF dan Bank Dunia meyakini bahwa sekitar sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi, setidaknya dua kuartal berturut-turut yakni di tahun ini dan tahun depan. Kondisi akan terjadi hingga membuat output di 2026 anjlok menjadi 4 triliun dolar AS.

Tak hanya negara maju saja yang akan mengalami gelombang resesi, Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva juga turut memperkirakan bahwa negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah akan mengalami kekurangan neraca pembayaran sebesar 9 miliar dolar AS.

Lantaran terbebani oleh depresiasi atau penurunan nilai mata uang, depresiasi ini muncul sebagai akibat dari sikap agresif sejumlah negara maju yang menaikan suku bunga acuan ke level tertinggi.

Berita Rekomendasi

Walau pengetatan moneter diklaim dapat menurunkan laju inflasi, namun cara ini dapat menjadi beban tambahan bagi negara berkembang dimana mata uang mereka akan melemah sehingga membuat utang – utang di negara berkembang membengkak.

Meski resesi belum sepenuhnya menjangkau ekonomi global, namun adanya sinyal penurunan ekonomi membuat IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global di 2023 dari semula dipatok dikisaran 2,9 persen, dikutip dari Bloomberg.

Guna menghambat dampak resesi, Georgieva mengungkap bahwa dewan IMF tengah berdiskusi untuk memberikan suntikan bagi negara – negara berkembang dalam menjaga kredibilitas dana dengan cara melakukan pemberi pinjaman jalur kredit secara ekstensif pada Desember mendatang.

Pemberian suntikan dalam bentuk insentif dimaksudkan untuk mencegah negara-negara berpenghasilan rendah melakukan pinjaman secara berlebihan.

Baca juga: CEO JPMorgan Peringatkan Resesi Global Akan Tiba Pertengahan Tahun 2023

Nantinya, untuk mendukung rencana tersebut pada pekan ini IMF juga akan mengadvokasi bank sentral untuk melanjutkan upaya mereka dalam menahan inflasi serta menekankan langkah-langkah fiskal dengan baik agar tidak mengganggu target penurunan inflasi

"Bukan gambaran yang cerah. Tetapi, jika bertindak bersama, kita dapat mengurangi rasa sakit yang ada di depan kita pada 2023," jelas Georgieva.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas