Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Jaga Nilai Tukar Rupiah, Bank Indonesia Diprediksi Akan Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan

Kenaikan suku bunga acuan terutama untuk mengantisipasi risiko inflasi dan mendorong stabilitas rupiah.

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Jaga Nilai Tukar Rupiah, Bank Indonesia Diprediksi Akan Kembali Naikkan Suku Bunga Acuan
KONTAN/CHEPPY A MUKHLIS
Logo Bank Indonesia. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada 19 hingga 20 Oktober mendatang, kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) yang dijadwalkan pada 19 hingga 20 Oktober mendatang, kemungkinan akan menaikkan suku bunga lagi sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen.

Pengamat pasar uang Hans Kwee mengatakan, kenaikan tersebut terutama untuk mengantisipasi risiko inflasi dan mendorong stabilitas rupiah.

"Rupiah terdepresiasi sebesar 2 persen month to month (mom) atau 7,8 persen year on year (yoy) menjadi Rp 15.400, tertinggi sepanjang masa sejak pandemi," ujar dia melalui risetnya, Minggu (16/10/2022).

Baca juga: Rupiah Makin Tertekan ke Level Rp15.427 per Dolar AS, Pengamat Pasar Uang: Pelemahan Masih Berlanjut

Namun demikian depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih relatif terkendali dibanding mata uang lain di negara berkembang.

"Adapun ekspektasi suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate sampai akhir tahun 2022 adalah 5 persen, atau berarti ada kenaikan 150 basis poin setahun penuh," kata Hans.

Di sisi lain, Indeks Harga Konsumen (IHK) utama di September 22 membukukan angka yang lebih tinggi sebesar 5,95 persen yoy, dari tumbuh 4,69 persen yoy di Agustus 2022.

Berita Rekomendasi

"Sementara, IHK inti tumbuh tipis di 3,2 persen yoy di September 22, dari plus 3,04 persen yoy di Agustus 2022. Kondisi ini mengindikasikan pemulihan domestik yang tidak merata, sehingga inflasi inti kemungkinan akan meningkat karena efek putaran kedua dari kenaikan harga bahan bakar bersubsidi," pungkas Hans.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas