Masyarakat Enggan Pakai Asuransi Lantaran Premi Terlalu Mahal dan Sudah Punya BPJS
Salah satu alasan utama masyarakat tidak ingin memiliki asuransi swasta karena mereka telah terdaftar sebagai anggota BPJS Kesehatan.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Banyak masyarakat Indonesia masih enggan membeli produk asuransi swasta lantaran harga premi asuransi yang umumnya masih mahal.
Selain itu, sebagian besar masyarakat juga memiliki kepersertaan di BPJS Kesehatan.
CEO Top Coach Indonesia Tom Marthin Charles Ifle mengungkapkan, salah satu alasan utama masyarakat tidak ingin memiliki asuransi swasta karena mereka telah terdaftar pada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan).
Secara umum, masyarakat menilai fungsi keduanya sama-sama untuk memproteksi masyarakat disaat dirinya dirawat di rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya.
"Berdasarkan riset yang saya lakukan, (kenapa masyarakat tidak mau beli asuransi?) 59 persen responden menjawab sudah punya BPJS Kesehatan," ucap Tom dalam sebuah diskusi terkait industri asuransi di Hotel Fairmont Jakarta, belum lama ini.
"Jawaban selanjutnya, 24 persen menjawab tidak percaya dengan asuransi, 11 persen menjawab klaimnya repot, 6 persen mengatakan bahwa asuransi itu tidak realistis dan mahal," sambungnya.
Tom menilai, para perusahaan atau industri asuransi dapat melakukan inovasi dan memberikan layanan yang prima bagi para nasabahnya.
Agar semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk bergabung ke dalam ekosistem asuransi swasta.
Baca juga: Efek Pandemi, Premi Asuransi Jiwa Menurun 6,1 persen di 2020
"Gimana industri asuransi bisa survive? Caranya harus menjawab tantangan tersebut, menjawab suara konsumen. Ini voice customer, bukan bisnis," papar Tom.
Dirinya juga melihat, dewasa ini kesadaran masyarakat untuk memiliki asuransi jiwa ataupun kesehatan kian meningkat.
Salah satu faktor pendorong utama dengan adanya wabah Covid-19 di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Merujuk catatan Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), aset industri asuransi tumbuh 13,2 persen pada kuartal II-2022 atau mencapai Rp1.675,8 triliun.
Baca juga: Agar Tak Salah Klaim, Kenali 4 Risiko yang Ditanggung Asuransi Jiwa
Untuk asuransi jiwa tumbuhnya 7,9 persen (Rp559,5 triliun) dengan porsi 36 persen, sementara di asuransi umum porsinya 12 persen dan 7,2 persen tumbuhnya (Rp196,6 triliun).
Kemudian untuk reasuransi, memiliki porsi 2 persen dengan pertumbuhan aset sebanyak 13,8 persen atau mencapai Rp33,7 triliun.
Pertumbuhan juga dicatatkan oleh premi industri asuransi yang mencapai Rp266 triliun atau tumbuh tipis 2,8 persen.
Baca juga: Sebelum Ajukan Klaim Asuransi, #YukPahami 6 Hal Penting Saat Sudah Memiliki Polis Asuransi Jiwa
"Edukasi terhadap asuransi semakin ramai pada saat pandemi Covid-19 ini, dan banyak yang tanya tentang asuransi. Pandemi melecut kesadaran masyarakat akan pentingnya proteksi asuransi," pungkas Tom.