Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Badan Pangan Nasional: Beras Jadi Penyebab Utama Inflasi Pangan, Harus Jadi Perhatian Pemerintah

Data BPS dan Kemenko Perekonomian menyebut komoditas beras berkontribusi sebesar 4 persen terhadap inflasi nasional.

Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Badan Pangan Nasional: Beras Jadi Penyebab Utama Inflasi Pangan, Harus Jadi Perhatian Pemerintah
HO
Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Koordinasi pengendalian Inflasi Daerah yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (24/10/2022). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) mencatat, komoditas pangan yang berkontribusi utama dalam peningkatan inflasi ialah beras.

Hal itu disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dalam Rapat Koordinasi pengendalian Inflasi Daerah yang dilaksanakan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Senin (24/10/2022).




"Komoditas beras menjadi kontributor tertinggi terhadap inflasi pangan nasional, hal tersebut perlu menjadi perhatian bersama Pemerintah Pusat dan Daerah karena tren peningkatan harga beras telah terjadi sejak bulan Juli 2022," ujar Arief.

Arief mengatakan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kemenko Perekonomian sampai dengan minggu ke-3 Oktober 2022, komoditas beras berkontribusi sebesar 4 persen terhadap inflasi nasional.

Baca juga: Pemerintah Ingin Tekan Inflasi Pangan di Bawah 5 Persen, Ini Tanggapan Pakar Pertanian

Untuk itu, lanjut Arief, NFA terus mendorong peningkatan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) melalui aksi penyerapan beras oleh Perum Bulog di sentra-sentra produsen beras.

Menurut Arief, Sulawesi Selatan (Sulsel) menjadi salah satu provinsi dengan produksi beras tertinggi secara nasional. Kata dia, potensi panen Sulsel pada bulan Oktober 2022 sebesar 264 ribu ton dan bulan November 2022 sebesar 183 ribu ton.

BERITA TERKAIT

"Sulsel berpotensi sebagai pusat serapan untuk meningkatkan CBP Bulog yang ditargetkan sebesar 1,2 juta ton sampai dengan Desember 2022," ucapnya.

Arief menegaskan, pentingnya memastikan ketersediaan CBP yang memadai. Hal itu merupakan satu instrument pengendalian harga beras, sehingga diharapkan komoditas tersebut tidak lagi membebani angka inflasi.

"CBP dapat dioptimalkan untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) atau operasi pasar untuk menurunkan inflasi, antisipasi tanggap darurat, serta alokasi untuk kebutuhan mendesak lainnya," ungkapnya.

Lebih jauh, Arief mengapresiasi provinsi-provinsi yang menjadi sentra produksi beras.

Berdasarkan catatannya, sejumlah provinsi yang memiliki potensi panen tinggi, sampai dengan November 2022 yaitu, Jawa Barat memiliki potensi panen beras 398 ribu ton, Jawa Tengah 335 ribu ton, dan Jawa Timur 366 ribu ton.

Arief mengaku, upaya menjaga stabilitas harga beras untuk menekan inflasi juga harus didukung kolaborasi antar Pemerintah Daerah dengan pelaku usaha.

"Penting bagi daerah produsen beras untuk memastikan offtake hasil panen oleh pelaku usaha setempat agar stok daerah memadai sehingga bisa dilakukan intervensi apabila harga naik. Maka dari itu, saya menyarankan masing-masing provinsi memiliki BUMD yang bergerak di sektor pangan, apabila belum memiliki bisa mengoptimalkan peran Bulog," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas