Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Elon Musk Prediksi Resesi Dapat Berlangsung Hingga 2024

Awal pekan lalu, Elon Musk juga mengatakan bahwa resesi yang melanda China dan Eropa akan berdampak pada permintaan mobil listriknya.

Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Muhammad Zulfikar
zoom-in Elon Musk Prediksi Resesi Dapat Berlangsung Hingga 2024
Brendan Smialowski / AFP
CEO Tesla, Elon Musk memperkirakan resesi akan berlangsung hingga musim semi 2024. 

Namun dia mengakui permintaan "sedikit lebih sulit" didapat, dan mencatat bahwa Eropa dan China sedang mengalami "semacam resesi."

Baca juga: Sinyal Resesi 2023 Kian Terasa, ASA Indonesia Gelar Diskusi Terkait Ancaman Krisis Ekonomi Global

Saham Tesla turun 7 persen pada awal perdagangan Kamis (20/10/2022), meskipun produsen EV ini melaporkan laba di kuartal ketiga tahun ini yang mendekati rekor. Analis dan investor semakin khawatir dengan kemampuan Tesla untuk mempertahankan pertumbuhannya dan menghadapi masalah logistik serta kenaikan inflasi.

Komentar Musk dan Bezos menambah seruan dari tokoh-tokoh publik lainnya bahwa kondisi ekonomi akan memburuk.

Awal bulan ini kepala raksasa keuangan JPMorgan Chase, Jamie Dimon menakuti seluruh pasar saham dengan mengatakan resesi bisa melanda Amerika Serikat (AS) hanya dalam enam hingga sembilan bulan.

Bahkan selebritas Gwyneth Paltrow ikut mengungkapkan keresahannya mengenai kemungkinan terjadinya resesi.

"Ekonomi menyebalkan. Saya hanya khawatir tentang tahun depan dan seberapa buruk resesi yang akan terjadi," kata pemeran Pepper Pots dalam film Iron Man kepada Hollywood Reporter minggu ini.

Sementara itu pada bulan lalu, rapper Cardi B memberikan keluh kesahnya mengenai inflasi dan suku bunga.

Berita Rekomendasi

“Bagaimana orang-orang bertahan? Saya ingin tahu," ungkapnya.

Peluang resesi global capai 98 persen

Kekhawatiran mengenai ketidakpastian ekonomi merupakan hal yang masuk akal, mengingat para peneliti baru-baru ini menunjukkan kemungkinan resesi global mencapai 98,1 persen, menurut model probabilitas yang dijalankan peneliti keuangan Ned Davis Research.

Perusahaan riset investasi berbasis data ini mengungkapkan, model resesi setinggi ini pernah terjadi sebelumnya yaitu selama kemerosotan ekonomi yang parah, terakhir pada 2020 dan selama krisis keuangan global 2008 dan 2009.

Baca juga: Cegah Resesi, 27 Pimpinan Negara Kembali Lakukan Pertemuan untuk Menurunkan Harga Gas di Eropa

"Ini menunjukkan bahwa risiko resesi global yang parah meningkat untuk beberapa waktu di 2023," tulis ekonom di Ned Davis Research, dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada akhir September.

Ketika bank sentral meningkatkan upaya mereka untuk mengendalikan inflasi, para ekonom dan investor semakin murung.

Tujuh dari 10 ekonom mempertimbangkan resesi global setidaknya "agak mungkin", menurut laporan dari World Economic Forum. Para ekonom memutar kembali perkiraan mereka untuk pertumbuhan ekonomi dan mengharapkan upah yang disesuaikan dengan inflasi dapat berjalan terus sepanjang sisa tahun ini.

Mengingat melonjaknya harga pangan dan energi, ada kekhawatiran biaya hidup yang tinggi dapat menimbulkan kerusuhan.

Sekitar 79 persen ekonom yang disurvei World Economic Forum memperkirakan kenaikan harga akan memicu kerusuhan sosial di negara-negara berpenghasilan rendah dan 20 persen kemungkinan akan terjadi kerusuhan di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas