Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Moody's Revisi Prospek Ekonomi Amerika, Naik Jadi 1,9 Persen

Moodys dan sejumlah lembaga pemeringkat Fitch sempat berpandangan bahwa pengetatan suku bunga yang dilakukan bank sentral The Fed

Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Moody's Revisi Prospek Ekonomi Amerika, Naik Jadi 1,9 Persen
Whitehouse.gov
Presiden AS Joe Biden 

Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Lembaga pemeringkat kredit Moody's menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun 2023, dari awalnya berada di level 1,1 persen kini naik menjadi 1,9 persen.

Sebelum ekonomi Amerika mengalami revisi, Moody's dan sejumlah lembaga pemeringkat Fitch sempat berpandangan bahwa pengetatan suku bunga yang dilakukan bank sentral The Fed akan menjadi penghambat pertumbuhan Amerika.

Baca juga: Berperan Penting Terhadap Ekonomi, Industri Pertambangan Didorong Jalankan Praktik Berkelanjutan

Namun secara mengejutkan perekonomian AS perlahan mulai mencatatkan momentum positif, ditandai dengan turunnya laju inflasi dikisaran 3 persen hingga jadi yang terendah sejak Maret 2021. Dorongan ini yang membuat Moody's merevisi prospek ekonomi Amerika di tahun 2023.

“Kami telah menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat menjadi 1,9 persen pada tahun 2023, karena kuatnya momentum ekonomi yang mendasarinya,” tulis Moody’s dalam sebuah laporan yang dikutip Reuters.

Dengan revisi tersebut, Moody's kini menjadi satu-satunya lembaga tiga besar yang memiliki peringkat triple A terbaik untuk AS setelah penurunan peringkat Fitch bulan lalu.

Berbanding terbalik dengan Amerika, ekonomi China justru mencatatkan kemerosotan selama beberapa bulan terakhir dan membuat Moody's terpaksa memangkas pertumbuhan ekonomi China di tahun 2024 menjadi 4 persen dari level sebelumnya yakni 4,5 persen.

BERITA REKOMENDASI

“Data dari Tiongkok menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi dari kebijakan nol-COVID yang berkepanjangan masih tidak terdengar, karena momentum pembukaan kembali yang terlihat pada bulan Maret, April dan Mei tampaknya memudar,” kata Moody’s dalam laporannya.

Baca juga: Bantu Ekonomi Rakyat, Ketua Umum PAN Borong Produk Pelaku UMKM Lokal

Krisis ekonomi yang mengintai Beijing, terjadi usai bank sentral China mengambil langkah agresif dengan mengerek naik suku bunga. Namun akibat pengetatan tersebut, ekonomi negeri tirai bambu ini dilanda krisis di tengah lonjakan utang pemerintah yang telah mencapai 123 triliun yuan.

Kondisi tersebut kian diperparah dengan tingginya angka pengangguran kaum muda, serta rendahnya investasi asing, dan anjloknya perdagangan China yang turun menjadi 80,6 miliar dolar AS pada Juli 2023.

Serangkaian tekanan itu yang membuat ekonomi China dilanda perlambatan, bahkan target 5 persen pertumbuhan ekonomi China kemungkinan besar tidak akan tercapai di tahun 2023 akibat masalah ini.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas