Jaga Keuangan Negara di Tengah Ancaman Resesi, Faisal Basri Minta Pemerintah Tunda Pembangunan IKN
Pemerintah Indonesia harus mencermati dan berpikir keras agar dapat menghindar dari ancaman resesi ekonomi global.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ekonom Senior Faisal Basri mengingatkan Pemerintah Indonesia untuk mengkaji ulang pembangunan proyek Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Menurutnya, anggaran nasional harus diprioritaskan untuk keperluan yang lebih penting.
Terlebih, ancaman krisis global tengah mengintai seluruh negara-negara di dunia, termasuk Indonesia.
"Ibu kota baru harusnya jangan dibangun dulu, fokus ke rakyat Indonesia. Karena 60 persen lebih rakyat Indonesia pengeluaran per harinya itu di bawah Rp35.000," ujar Faisal dalam diskusi seputar ancaman resesi global secara online, dikutip Senin (24/10/2022).
Baca juga: KADIN Ajak Pengusaha Sukseskan Pembangunan IKN
"Jadi 60 persen lebih, hidupnya masih pas-pasan. Jadi lebih baik yang tidak penting ditunda," sambungnya.
Faisal mengatakan, tanda-tanda gelapnya kinerja ekonomi global, perlahan sudah mulai terlihat jelang akhir 2022.
Sinyal tersebut semakin kuat setelah Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) mulai pasang kuda-kuda, dan IMF memangkas proyeksi atau outlook pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2023 menjadi 2,7 persen dari sebelumnya yang diprediksi sebesar 2,9 persen pada Juli lalu.
Padahal sebelumnya, IMF pada Januari 2022 memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan sebesar 3,8 persen.
Untuk itu, Pemerintah Indonesia harus mencermati dan berpikir keras agar dapat menghindar dari ancaman tersebut.
Faisal juga mengatakan, berdasarkan catatannya, perekonomian Indonesia memiliki sejumlah kelemahan.
Pertama, pendapatan Indonesia masih sangat bergantung kepada ekspor komoditas mentah seperti mineral mentah ataupun Crude palm oil (CPO).
Jika harga komoditas ekspor mengalami penurunan yang signifikan, maka hal tersebut bakal berdampak terhadap ketahanan ekonomi nasional.
"Kelemahannya, ketergantungan pada ekspor komoditas sangat tinggi. (Padahal ada potensi) harga komoditas berpotensi turun," ucap Faisal.
"Lebih dari 50 persen ekspor kita itu berasal dari komoditas. Kalau harga komoditas anjlok, ya anjlok juga kita rame-rame. Ini sudah terjadi pada CPO," lanjutnya.
Baca juga: Elon Musk Prediksi Resesi Dapat Berlangsung Hingga 2024
Kedua, tekanan inflasi di Indonesia yang diprediksi masih berlanjut hingga tahun depan.
Ketiga, adanya tekanan jual investor asing di pasar SBN. Seperti diketahui, aliran modal asing yang keluar dipicu ketidakpastian pasar keuangan global yang meningkat.
Keempat, masih rentannya nilai tukar rupiah yang terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Dan yang kelima atau terakhir yakni boros. Menurut Faisal, pemerintah dinilai terlalu ugal-ugalan dalam mengelola keuangan negara.
"Kalau ada (proyek seperti IKN) yang bisa ditunda, ya tunda saja dulu," pungkasnya.