Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Dolar AS Keok, Rupiah Diperkirakan Menguat ke Bawah Rp 15.000 Akhir 2022

Analis pasar modal Hans Kwee memperkirakan rupiah pada akhir 2022 akan terapresiasi kembali ke level Rp 14.900 per dolar Amerika Serikat (AS).

Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Dolar AS Keok, Rupiah Diperkirakan Menguat ke Bawah Rp 15.000 Akhir 2022
Tribunnews/JEPRIMA
Petugas menunjukkan uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Masagung Money Changer. Analis pasar modal Hans Kwee memperkirakan rupiah pada akhir 2022 akan terapresiasi kembali ke level Rp 14.900 per dolar Amerika Serikat (AS). 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Analis pasar modal Hans Kwee memperkirakan rupiah pada akhir 2022 akan terapresiasi kembali ke level Rp 14.900 per dolar Amerika Serikat (AS).

Syarat penguatan mata uang Garuda ke bawah level Rp 15.000 per dolar AS tersebut yakni bila Bank Sentral AS atau The Fed tidak lagi agresif menaikkan suku bunga pada edisi Desember.

"Sementara, rupiah berada di bawah tekanan dalam beberapa pekan terakhir sebagai akibat dari sikap hawkish Fed yang agresif menaikkan suku bunga," ujar dia melalui risetnya, ditulis Selasa (25/10/2022).

Dari sisi makro, dia merincikan bahwa Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan level Suku bunga BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen.

Baca juga: Mata Uang Garuda Terkapar di Rp 15.626/Dolar AS, IHSG Berjaya Naik ke Level 7.017

Kemudian untuk suku bunga deposit facility juga naik sebesar 50 basis poin menjadi level 4 persen, serta suku bunga lending facility naik 50 basis poin menjadi 5,50 persen.

Hans menilai keputusan kenaikan kebijakan suku bunga acuan ini sebagai langkah preventif dan forword looking untuk memitigasi risiko peningkatan inflasi inti, dan ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga-harga di pasar.

Berita Rekomendasi

Kenaikan suku bunga untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi dan memastikan inflasi inti ke depan kembali ke sasaran 3,5 persen plus minus 1 persen lebih awal yaitu ke paruh pertama 2023.

Selain itu, keputusan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai fundamentalnya akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Kenaikan BI rate ini cenderung positif untuk pasar saham dan dapat mendorong nilai tukar rupiah lebih stabil ke depannya," pungkas Hans.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas