Indonesia Bisa Terhindar dari Resesi Jika Pemerintah Bisa Jaga Permintaan Domestik Tetap Tinggi
Indonesia bisa terhindar dari risiko resesi jika pemerintah dapat menjaga permintaan domestik tetap tinggi.
Editor: Choirul Arifin
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia dipercaya bisa terhindar dari resesi dunia yang akan mengancam banyak negara pada 2023.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Iskandar Simorangkir menyatakan, Indonesia bisa terhindar dari risiko resesi jika pemerintah dapat menjaga permintaan domestik tetap tinggi.
Sebab, permintaan domestik (domestic demand) ini menyumbang 53 hingga 56 persen terhadap produk domestik bruto (PDB).
“Kita ingin mendorong domestic demand kita tetap terjaga. Karena konsumsi Indonesia kan menyumbang 53 - 56 persen terhadap PDB. Sedangkan ekspor itu menyumbang 25 persen. Sementara impornya hanya 20 persen,” kata Iskandar usai Seminar Nasional bertajuk Peran Pers Terhadap Pemulihan dan Kebangkitan Ekonomi Indonesia, Kamis (27/10/2022).
Iskandar menekankan pentingnya memberdayakan permintaan domestik agar tercipta efek berganda (multiplier effect).
Efek ini dapat mempengaruhi sektor-sektor lainnya di dalam negeri.
“Kalau kita bisa memberdayakan domestik demand ini dengan menggunakan produk-produk dalam negeri, maka akan tercipta multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya di dalam negeri,” ujar Iskandar.
Baca juga: Tiga Ciri Perusahaan yang Rentan Terdampak Resesi Ekonomi Global, Berikut Sektornya
Pemerintah memiliki beberapa cara agar permintaan domestik tetap terjaga.
Iskandar berujar bantuan seperti bantuan sosial (bansos) adalah satu cara pemerintah menjaga permintaan domestik tetap tinggi.
“Harus dijaga nih daya beli masyarakat. Seperti kemarin ada penambahan bansos 24,17 triliun. Lalu ada BLT (Bantuan Langsung Tunai) karena BBM. Ada juga bantuan subsidi upah,” katanya.
Baca juga: Para Bankir Wall Street Peringatkan Dunia untuk Bersiap Hadapi Resesi
Sebagai informasi, Kementerian Keuangan mencatat realisasi anggaran perlindungan sosial (perlinsos) untuk membantu masyarakat miskin sudah mencapai Rp 307,1 triliun hingga September 2022.
Anggaran itu sudah terserap 72,28 persen dari target anggaran perlinsos yang sebesar Rp 431,5 triliun.
Iskandar menilai, Indonesia beruntung karena perekonomiannya belum terlalu terbuka seperti negara lain.
Walaupun dunia global mengalami penurunan permintaan, pertumbuhan Indonesia tetap tinggi.
Baca juga: Dihantui Lonjakan Inflasi, IMF Sebut Eropa Berpotensi Mengalami Resesi Lebih Dalam
“Tercermin kalau kita melihat di triwulan dua, pertumbuhan ekonomi tumbuh tinggi sebesar 5,44 persen. Triwulan tiga ini kita harapkan di atas 5,2 persen bisa tumbuh itu terlihat dari uang beredar kita,” ujar Iskandar.
Terbaru, Indonesia memiliki pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) yang tinggi.
Iskandar menyebut angkanya mencapai 13,5 persen di bulan September. Hal itu membuatnya yakin perekonomian Indonesia bisa tumbuh di atas 5,2 persen.