Citi Indonesia: RI Masih Kuat Hadapi Ancaman Resesi Ekonomi Global 2023
Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman optimistis Indonesia masih punya banyak bantalan yang memadai untuk menghadapi krisis global
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Chief Economist Citi Indonesia Helmi Arman menilai keadaan ekonomi dunia tahun depan itu tidak akan sepenuhnya stabil.
Karena itu, tentunya perekonomian Indonesia juga tidak bisa kebal terhadap gejolak-gejolak yang datang dari luar tersebut.
"Namun, kami merasa cukup optimis Indonesia masih punya banyak bantalan yang memadai untuk menghadapi gejolak-gejolak tersebut," ujarnya dalam konferensi pers di kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (10/11/2022).
Baca juga: Analis: Perekonomian Indonesia Punya Risiko Rendah untuk Terjerumus ke Jurang Resesi
Lebih lanjut, Helmi merincikan tantangan yang akan dihadapi dunia pada tahun depan cukup besar dalam hal perkiraan resesi secara bergilir di negara-negara maju.
"Ekspektasi kami, tahun depan negara-negara Eropa karena mereka sekarang sedang mengalami tekanan inflasi sangat tinggi, dan juga ada ketegangan geopolitik. Negara-negara Eropa masuk resesi sepertinya di akhir tahun ini, sudah ada beberapa negara Eropa masuk resesi, berlanjut hingga paruh pertama tahun depan," katanya.
Sementara untuk Amerika Serikat, dia memperkirakan akan menyusul ke jurang resesi pada semester II 2023, pasca terjadinya pengetatan moneter yang signifikan.
Baca juga: Kemnaker Siapkan 5 Pilar Hadapi Ancaman Resesi Global 2023 Dalam Bidang Ketenagakerjaan
"Sebab, kami memperkirakan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika akan naik ke sekitar 4,5 persen pada Mei 2023," tutur Helmi.
Tentunya dengan outlook ekonomi global yang cukup menantang tersebut bagi Indonesia berdampak terhadap industri-industri tertentu.
"Industri tertentu akan menghadapi tantangan, harus menghadapi gejolak dari luar, tapi bantalan dari sisi ekspor Indonesia masih cukup besar porsi ekspor komoditas mentah seperti misalkan batu bara. Kami memperkirakan batu bara ini masih bisa menjadi bantalan tahun depan, karena harga dari batu bara kami perkirakan walaupun menurun dibanding tahun ini, tapi masih akan jauh lebih tinggi dibanding 2021," pungkasnya.