Prospek Ekonomi Global Terlihat Suram, IMF: Tantangan yang Dihadapi akan Semakin Besar
Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin (14/11) mengatakan bahwa prospek ekonomi global akan tampak semakin suram
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Dana Moneter Internasional (IMF) pada Senin (14/11/2022) mengatakan bahwa prospek ekonomi global akan tampak semakin suram dari yang telah diproyeksikan bulan lalu.
Dikutip dari Reuters, Senin (14/11/2022) IMF menyebut suramnya prospek ekonomi global terjadi akibat pengetatan kebijakan moneter yang dipicu oleh tingginya inflasi, pertumbuhan ekonomi China yang melambat, dan gangguan pasokan yang berkelanjutan serta kerawanan pangan yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Adapun, pemberi pinjaman global pada bulan lalu telah memangkas perkiraan pertumbuhan global untuk 2023 menjadi 2,7 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 2,9 persen.
Dalam sebuah blog yang disiapkan untuk KTT G20 di Indonesia, IMF mengatakan bahwa indikator frekuensi tinggi yang membuat prospek pertumbuhan ekonomi lebih suram akan terjadi khususnya di Eropa.
Baca juga: Ekspor Cokelat Indonesia Diyakini Tidak Terdampak Resesi Global
Dikatakan juga bahwa indeks manajer pembelian baru-baru ini yang mengukur aktivitas manufaktur dan jasa mengisyaratkan pelemahan di sebagian besar ekonomi utama Kelompok 20 (G20), dengan aktivitas ekonomi akan berkontraksi selama inflasi tetap tinggi.
"Bacaan untuk bagian yang tumbuh dari negara-negara G20 telah jatuh dari wilayah ekspansi awal tahun ini ke tingkat yang menandakan kontraksi," kata IMF, menambahkan bahwa fragmentasi global menambah "kumpulan risiko penurunan."
"Tantangan yang dihadapi ekonomi global sangat besar dan indikator ekonomi yang melemah menunjukkan tantangan lebih lanjut ke depan," imbuhnya.
Di samping itu, krisis energi yang memburuk di Eropa akan sangat merugikan pertumbuhan dan meningkatkan inflasi, sementara inflasi tinggi yang berkepanjangan dapat mendorong kenaikan suku bunga kebijakan yang lebih besar dari yang diantisipasi dan pengetatan kondisi keuangan global lebih lanjut.