Analis: Investor Lega Atas Hasil Pertemuan Tiga Jam Joe Biden dan Xi Jinping di Bali
Para investor pasar modal lega atas pertemuan selama 3 jam di Bali antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, Senin
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, para investor pasar modal lega atas pertemuan selama 3 jam di Bali antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping, Senin kemarin.
Menurutnya, hasil pertemuan itu bahkan melebihi harapan sebelumnya.
Amerika Serikat mengatakan akan melanjutkan kerja sama mengenai isu-isu yang ada saat ini, mulai dari perubahan iklim dan ketahanan pangan.
Joe Biden dan Xi akan bersama-sama menghukum Kremlin karena ada pembicaraan mengenai nuklir atas perang dengan Ukraina.
"Biden mengatakan bahwa tidak perlu ada perang dingin baru dengan China. Tentu ini memberikan sebuah rasa lega di antara keduanya, khususnya bagi pelaku pasar dan investor," kata Nico melalui risetnya, Selasa (15/11/2022).
Menurutnya, hal ini menjadi sinyal positif kedua negara dapat bersatu dalam menghadapi ketidakpastian yang ada di dunia khususnya pada tahun depan.
"Kalau kita bicara antara Amerika dengan China, tentu saja kita berbicara sesuatu yang tidak pasti. Tensi, politik, hingga harga diri diantara keduanya mampu memicu perselisihan yang apabila tidak bisa dikendalikan, dan berpotensi akan membuat situasi dan kondisi menjadi sulit," tutur Nico.
Baca juga: Bertemu Xi Jinping Tiga Jam di Bali, Joe Biden Keberatan Sikap Agresif China ke Taiwan
Menurutnya, situasi dan kondisi yang ada saat ini boleh dikatakan investor memiliki harapan bahwa Amerika dan China bersatu.
Menurutnya, masih banyak perbedaan diantara keduanya yang tidak bisa disatukan.
Baca juga: Berbincang Selama 3 Jam Lebih, Momen Pertemuan Bersejarah Joe Biden dengan Xi Jinping di Bali
"Mulai dari masalah Taiwan, yang di mana Amerika ikut campur urusan negara yang menjadi bagian dari China. Tidak hanya itu saja, Amerika juga membatasi pergerakan dan langkah dari perkembangan kemajuan ekonomi dan teknologi yang dimiliki oleh China," pungkasnya.