Produsen F&B harus Jujur dalam Hal Penyampaian Bahan dan Komposisi Produk Makanan atau Minuman
Masyarakat masih kurang memperhatikan mengenai kandungan produk makanan maupun minuman seperti produk cold-pressed juice.
Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - You are what you eat atau Kamu adalah apa yang kamu makan bukan hanya mitos.
Kualitas asupan dan kecukupan gizi memberikan pengaruh bagi tingkat kesehatan masyarakat.
Konsumsi pangan yang lebih sehat mengembangkan imunitas tubuh yang menjadi masker kedua untuk menangkal virus.
Baca juga: Selera Kapital Brands Berkomitmen Bawa Ribuan UMKM F&B Go Internasional dan IPO
"Konsumen sering kurang familiar dengan istilah komposisi dan klaim yang cukup rumit dalam suatu produk, terutama bahan pengawet maupun pengental serta bahan lainnya yang mungkin ditambahkan," kata CEO dan Presiden Direktur PT Sewu Segar Primatama atau Re.juve, Richard Anthony kepada wartawan di dengan Swiss German University (SGU) belum lama ini.
Untuk itu, kata dia produsen makanan atau minuman yang baik harus berkomitmen untuk hanya menggunakan bahan-bahan alami dan mencantumkannya dengan jelas bagi konsumen agar mudah dipahami karena konsumen berhak mengetahui apa yang mereka konsumsi," kata
Diterangkan regulator seperti BPOM dan otoritas di negara lain memberi toleransi kepada industri untuk tidak memasukkan bahan yang dinilai tidak melebihi batas.
Namun demikian, kata untuk produk Re.juve memilih jujur tetap memasukkan bahan dan komposisinya meski regulator memberikan toleransi.
"Misalnya kandungan trans fat atau saturated fat. Itu ada standardnya. Kalau di bawah 0,5 gram, saya tidak ingat persis, nanti boleh dibilang no trans fat, boleh dibilang no saturated fat. Makanya kita berkomitmen clean label yang enggak boleh (sembunyikan). 0,1 pun ya harus ditulis. Karena nol tidak sama dengan 0,1," kata Richard.
SGU mengundang Richard Anthony, untuk memberikan General Lecture mengenai teknologi High Pressure Processing (HPP), yang merupakan teknologi pengawetan tanpa panas untuk menjaga nutrisi dan kebaikan alami lainnya dari bahan pangan, dan prinsip clean label untuk menjamin menjamin kualitas terbaik produk pangan.
Memiliki visi yang sejalan untuk berkontribusi pada pengembangan teknologi dan industri pangan untuk Indonesia yang lebih sehat, SGU dan Re.juve juga melaksanakan penandatanganan MoU untuk untuk kerjasama tridharma universitas.
Dr.rer.nat Filiana Santoso, Rektor Swiss German University mengatakan, SGU mendorong kolaborasi dengan mitra industri untuk aktivitas dosen dan mahasiswa yang memberikan pengalaman belajar real-life kepada mahasiswa dan memiliki dampak luas ke masyarakat.
"Kita memperkenalkan teknologi ini kepada para mahasiswa sehingga mereka mengerti kalau menggunakan proses ini sehingga kalau sudah lulus mereka bisa buka usaha karena sudah tahu ada teknologi ini sehingga lebih banyak produk sehat seperti ini yang dijual di pasaran," kata Filiana.