Genjot Kinerja Keuangan, Tahun Depan PP Presisi Fokus Bisnis Jasa Pertambangan
Pendapatan PP Presisi dalam sembilan bulan pada tahun ini mencapai Rp 2,6 triliun, naik 40 persen.
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT PP Presisi Tbk (PPRE) pada tahun depan akan fokus pada bisnis jasa pertambangan, sebagai sumber pendapatan berulang perseroan.
Direktur Utama PT PP Presisi Rully Noviandar mengatakan, pendapatan perseroan dalam sembilan bulan pada tahun ini mencapai Rp 2,6 triliun, naik 40 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp1,8 triliun.
"Kontribusi pendapatan pada lini bisnis jasa pertambangan telah mencapai sebesar 27,3 persen. Pencapaian revenue tersebut merupakan hal yang menggembirakan di tengah fokus perseroan pada pengembangan bisnis jasa pertambangan ke depan sebagai sumber recurring income," kata Rully secara virtual, Kamis (24/11/2022).
Baca juga: Bos Freeport Indonesia Ungkap Adopsi Teknologi Smart Mining dalam Kegiatan Pertambangan
Ia menjelaskan, fokus bisnis jasa pertambangan tentunya selaras dengan kebijakan pemerintah dalam program hilirisasi produk hasil tambang.
"Ini menggeliatkan pembangunan smelter yang mendorong permintaan akan bahan baku baterai yang menyebabkan peningkatan harga pada nikel," kata Rully.
Pada tahun depan, kata Rully, perseroan menargetkan peningkatan pendapatan lebih dari 20 persen.
Untuk mencapai tujuan tersebut, perusahaan telah menyusun winning target 2023 melalui strategi optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, peningkatan kapabilitas SDM, penerapan sistem SCM tersentralisasi, dukungan IT & equipment technology, serta peningkatan tata kelola perusahaan.
"Diharapkan melalui upaya upaya tersebut, fokus kami pada jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, better cashflow dan pada akhirnya meningkatkan nilai tambah bagi stakeholder,” tutur Rully.
Direktur Keuangan PP Presisi Arif Iswahyudi menyampaikan, dalam memperkuat modal kerja, perusahaan telah menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap I yang digunakan untuk menambahfleet jasa pertambangan yang dibutuhkan seiring dengan peningkatan dan proyeksi kontrak baru.
Adapun dan hasil penerbitan obligasi tahap I sebesar Rp202,9 miliar dengan biaya penawaran umum obligasi Rp4,9miliar, sehingga perolehan hasil bersih Rp198miliar, di mana 70 persen untuk belanja modal dan 30 persen modal kerja.
"Realisasi penyerapan penggunaan dana obligasi per September 2022 yaitu belanja modal mencapai Rp77,2 miliar dari target Rp138,6miliar dan modal kerja Rp56,8miliar dari target Rp59,4miliar, sehingga kami masih memiliki kelonggaran dalam menggunakan dana obligasi untuk menambah fleet jasa pertambangan”, ujar Arif .