Praktisi Pasar Modal Ungkap Penyebab IHSG Anjlok 0,41 Persen Sepekan
Sepekan ini Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok minus 0,41 persen dan LQ45 turun 0,77 persen.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pergerakan pasar saham lebih berfluktuatif sepekan ini yang ditandai oleh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok minus 0,41 persen dan LQ45 turun 0,77 persen.
Dosen dan praktisi pasar modal Lanjar Nafi mengatakan, hal tersebut di antaranya berelasi dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sebesar 0,1 persen.
"Beragamnya sentimen pasar secara eksternal maupun internal yang terjadi selama sepekan membuat pergerakan IHSG dan nilai tukar cenderung berfluktuatif," ujar dia melalui risetnya, Minggu (27/11/2022).
Lanjar mengungkapkan, sentimen pekan ini diawali dengan kekhawatiran investor global yang cenderung menaruh sikap hati-hati akan hasil risalah rapat Bank Sentral AS atau The Fed, dengan spekulasi tetap pada kenaikan suku bunga agresif.
"Namun kabar baiknya adalah risalah rapat The Fed memberikan indikasi melambatkan kenaikan tingkat suku bunga," katanya.
Sementara dari sisi domestik, ada sentimen dari kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) dengan batas atas 10 persen tahun 2023, guna meredakan polemik UU Cipta kerja antara pekerja dan pengusaha.
Baca juga: IHSG Ambruk Sepekan Minus 0,41 Persen
Di sisi lain, hasil penawaran yang lebih besar pada lelang Surat Utang Negara (SUN) oleh Kementerian Keuangan sebagai upaya menstabilkan imbal hasil obligasi dan nilai tukar.
Lanjar menambahkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang mengalami defisit pertama kali tahun ini senilai Rp 169,5 triliun pada Oktober 2022.
Baca juga: Sektor Properti Kerek IHSG pada Perdagangan Kamis Siang, Naik 0,56 Persen ke 7.093
"Sentimen lain yang memengaruhi gerak pasar saham yaitu defisit APBN Indonesia untuk pertama kalinya di tahun 2022," pungkasnya.