Masyarakat Akan Dibagikan Rice Cooker, Pengamat Minta Pemerintah Jangan Jalankan Program Tak Efektif
Kementerian ESD menyebut sebanyak 680 ribu unit rice cooker akan dibagikan pemerintah ke masyarakat pada 2023.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Sementara itu Plt Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Dadan Kusdiana, angkat bicara soal rencana pembagian penanak nasi atau rice cooker sebanyak 680 ribu unit di tahun depan.
"Siapa sih yang meramaikan? Kan enggak ada," ucap Dadan usai menghadiri acara peluncuran Program Mentari Efisiensi Energi di Jakarta kemarin.
Menurut Dadan, saat ini pihaknya belum mampu menginformasikan lebih jauh. Sebab, hal itu masih berupa rencana, sebagaimana yang disampaikan dalam seminar.
Baca juga: Pengamat Energi: Gas Bumi Punya Peran Penting sebagai Jembatan Transisi Energi dari Fosil ke EBT
"Nanti kalau sudah ada update terkini saya sampaikan. Kalau sekarang bagaimana posisinya, seperti yang disampaikan dalam seminar itu," tuturnya.
Terakhir, Dadan menegaskan, pembagian penanak nasi atau Rice Cooker itu masih dalam pembahasan.
Kata dia, hal itu dilihat dari belum adanya alokasi dana untuk program tersebut.
"Ya silahkan saja, kan itu perencanaan, mungkin mereka ngitungnya merek apa, dan sebagainya. Kan duitnya belum ada," tegasnya.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada, Fahmy Radhi mengatakan
pembagian rice cooker listrik guna menggantikan fungsi gas ukuran tiga kilogram tidak efektif.
Sebab kata dia fungsi rice cooker hanya digunakan untuk menanak nasi,
sementara apabila ada masyarakat menggunakan gas ukuran tiga kilogram bisa dipergunakan untuk semua masakan.
Baca juga: Transisi Energi Indonesia dan Urgensi Renewable Energy
"Pembagian rice cooker tidak begitu tepat. Rice cooker kan hanya untuk menanak nasi, sedangkan memasak lauk pauk masih menggunakan kompor gas ukuran tiga kilogram," ujar Fahmy.
Semestinya lanjut Fahmy, pemerintah dalam hal ini Kementerian ESDM RI harus memikirkan bagaimana diversifikasi program penggunaan energi bersih.
Seperti misalnya menambah jaringan gas alam dan mempercepat gasifikasi batubara.
"Bukan program coba-coba yang tidak efektif seperti ini," ujar Fahmy.(Tribun Network/bel/wly)