Aktivitas Manufaktur Asia Merosot Terseret Lockdown Covid-19 di China
Aktivitas pabrik di Korea Selatan menyusut selama lima bulan berturut-turut pada bulan November akibat lockdown di China.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Output pabrik-pabrik yang bergerak di sektor manufaktur di Asia merosot pada bulan November ini karena melambatnya permintaan global dan ketidakpastian atas dampak dari kebijakan ketat Covid-19 di China.
Kondisi ini dianggap membebani sentimen bisnis.
Dikutip dari Reuters, menurut hasil survei swasta yang diterbitkan hari ini, Kamis (1/12/2022), mengindikasikan prospek ekonomi Asia yang semakin gelap di 2023, karena penguncian wilayah atau lockdown Covid-19 di China telah mengganggu pasokan internasional dan meningkatkan kekhawatiran akan kemerosotan lebih lanjut dalam ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Di tengah pembatasan pandemi, aktivitas manufaktur China menyusut pada bulan lalu, menurut hasil survei hari ini.
Hasilnya menyiratkan, lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat yang lebih lemah.
Aktivitas manufaktur juga berkontraksi di negara yang bergantung pada ekspor, termasuk Jepang dan Korea Selatan, dan di negara-negara berkembang, seperti Vietnam, menggarisbawahi kerusakan yang meluas dari permintaan global yang lemah dan biaya input yang sangat tinggi, menurut hasil survei.
"Kondisi pasar yang mendingin, tekanan biaya yang berkelanjutan dan permintaan yang lemah, baik domestik maupun internasional, dilaporkan menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap penurunan," kata ekonom di S&P Global Market Intelligence, Laura Denman, yang menyusun survei di Jepang.
Baca juga: Pemerintah China Longgarkan Aturan Lockdown Covid-19 setelah Demo Meluas
Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Global Caixin/S&P China berada di tingkat 49,4 pada November, naik dari 49,2 pada bulan sebelumnya namun masih di bawah angka 50, yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi.
Indeks tersebut sekarang sudah berada di bawah angka 50 selama empat bulan berturut-turut.
Angka tersebut mengikuti data suram dalam survei resmi pada Rabu (30/11/2022) yang menunjukkan aktivitas manufaktur China telah mencapai level terendah dalam tujuh bulan pada November.
Baca juga: Harga Minyak Brent Turun 2,16 dolar AS Setelah Aksi Protes Lockdown Memanas di China
Analis melihat meningkatnya risiko penurunan pertumbuhan ekonomi China pada kuartal keempat, meskipun banyak kebijakan untuk menopang aktivitas, termasuk pemotongan rasio cadangan wajib bank dan dukungan untuk sektor properti yang lesu.
PMI au Jibun Bank Jepang juga turun, menjadi 49,0 pada November dari 50,7 di bulan sebelumnya. Itu merupakan kontraksi pertama sejak November 2020.
Aktivitas pabrik di Korea Selatan menyusut selama lima bulan berturut-turut pada November.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.