Beda Data Kementerian Pertanian, Badan Pangan Nasional dan Bulog Jadi Alasan Rencana Impor Beras
Budi Waseso menegaskan, rencana impor beras adalah penugasan dari negara. Dia justru tak menghendaki rencana tersebut jika pasokan beras sudah aman
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah berencana melakukan impor beras, jika cadangan beras tak mencukupi kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2022.
Dilema pelaksanaan impor beras, bermula ketika adanya ketidaksesuaian data dari Kementerian Pertanian (Kementan) dengan data yang dimiliki Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Perum Bulog.
Hal itu terjadi ketika agenda Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi IV DPR RI bersama Kementan, Bapanas, dan ID Food, Rabu (23/11/2022) lalu.
Baca juga: VIDEO Badan Pangan: Stok Beras Cukup, Masyarakat Jangan Khawatir dan Tidak Perlu Panik
Perbedaan data Kementerian Pertanian dan Bapanas
Mengutip Kompas.com, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi yang mengoreksi data yang disampaikan Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi.
Suwandi mengatakan, data yang disampaikan Badan Pangan Nasional mengenai konsumsi beras yang disampaikan Arief berbeda dengan BPS.
Suwandi memaparkan, data produksi beras pada tahun 2019 sebanyak 31,31 juta ton, 2020 31,50 juta ton, 2022 sebanyak 31,36 juta ton, dan pada 2022 jumlahnya sebanyak 32,07 juta ton. Ini merupakan data produksi beras dari BPS yang dipaparkan Suwandi.
"Berikutnya, saya koreksi pak Kepala Bapanas untuk konsumsi 2022 dicek, itu lebih tinggi rilis BPS yaitu 30,2 juta ton angka BPS konsumsi kalau produksi, dikurangi konsumsi surplusnya akan beda. Kepala Bapanas ini 32,02 juta ton ini data BPS resmi 17 Oktober. Data kepala Bapanas tadi 39 juta ton," kata Suwandi dalam RDP dengan Komisi IV DPR RI bersama Kementan, Bapanas, dan ID Food, Rabu (23/11/2022).
Baca juga: Mendag Zulkifli Sebut Sudah Beli Beras di Luar Negeri, Badan Pangan Nasional Gelar Operasi Pasar
Sementara itu, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan perbedaan data itu lantaran data yang disampaikan oleh Suwandi merupakan dari Januari hingga September.
Adapun data yang disampaikannya, adalah data dari Januari hingga Oktober.
"Ya data saya sama bapak beda. Data Pak Suwandi itu pakai data sebelumnya. Perhitungan Januari September itu 1,6 juta, 1,4 juta itu lama. Pak Wandi yang kanan ini yang data BPS baru," ujarnya.
Disisi lain, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, menambahkan, pihaknya tidak bisa merekayasa data stok cadangan beras. Berdasarkan data Bulog, stok beras per 22 November 2022 tercatat 594.856 ton.
Kata Budi Waseso, di lain sisi pihaknya diminta untuk bisa memenuhi stok beras nasional sebanyak 1,5 juta ton hingga 2022.