Kolaborasi antar Stakeholder Dinilai Bisa Genjot Investasi di Industri Hulu Migas
Ketahanan energi menjadi salah satu prioritas pemerintah saat ini. Pasalnya, industri hulu migas masih punya potensi besar.
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketahanan energi menjadi salah satu prioritas pemerintah saat ini. Pasalnya, industri hulu migas masih punya potensi besar. Itulah sebabnya, perlu adanya kolaborasi dari para stakeholder untuk menjaga iklim serta meningkatkan kembali gairah investasi migas.
Kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat menjadi kunci utama untuk mencapai masa depan ketahanan energi berkelanjutan dan kemandirian ekonomi. Diyakini, migas masih memiliki peran kunci untuk memastikan ketahanan energi nasional terutama di era transisi energi seperti sekarang.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi(SKK Migas)
Dwi Soetjipto, mengungkapkan para stakeholder telah memiliki pemahaman yang sama dan menyepakati fundamental utama bisnis hulu migas saat ini.
Baca juga: Menko Airlangga: Pemerintah Jaga Investasi Hulu Migas Tetap Kondusif
Pertama adalah semua pihak sepakat bahwa industri hulu migas punya peranan penting dalam masa transisi energi menuju Net Zero Emissions (NZE). Atas dasar itu juga akhirnya semua pemangku kepentingan juga memiliki pandangan bahwa Indonesia harus memperbaiki iklim investasinya untuk mengamankan investasi hulu migas di tengah persaingan yang ketat.
Pemerintah melalui Kementerian dan Lembaga terkait akan mengambil semua tindakan yang diperlukan untuk mendorong iklim investasi.
“Pemerintah Indonesia diakui telah melakukan berbagai hal yang diperlukan untuk mendorong iklim investasi. Beberapa kemajuan positif seperti pemberian insentif serta sikap pemerintah menunjukkan sudah terbuka untuk membuka ruang diskusi dengan investor dan keinginan untuk menerima masukan. Kolaborasi dari para stakeholder merupakan suatu keharusan untuk meningkatkan investasi di industri hulu migas. Oleh karena itu, upaya untuk membangun kolaborasi yang lebih vital harus terus dilakukan,” jelas Dwi di Jakarta, Jumat (2/12/2022).
Baca juga: Agresif Bor Sumur Eksplorasi, Pertamina Hulu Energi Dukung Ketahanan Energi Nasional
Kolaborasi apik serta pembahasan fundamental dalam bisnis hulu migas itu terlihat dalam forum hulu migas migas internasional terbesar di tanah air yakni 3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022 (IOG 2022) yang digelar pada 23-25 November lalu.
Menurut Dwi, ada beberapa pesan penting yang dapat menjadi pegangan para pelaku usaha bisa tetap menjaga komitmen untuk mengejar produksi migas diantaranya tentang pentingnya penerapan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) demi kegiatan operasi yang sesuai dengan Climate Change Adopted Operations (CCAO).
“Pemerintah saat ini fokus siapkan insentif fiskal untuk mendorong peningkatan produksi migas berdasarkan CCAO,” ungkap Dwi.
Selanjutnya pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), juga telah menyiapkan strategi terutama untuk gas sebagai energi alternatif utama dalam transisi energi sebagai bahan bakar dan konsumsi industri, konversi pembangkit listrik dari tenaga diesel menjadi gas serta pengembangan pipa gas untuk berbagai segmen konsumen.
Dwi mengutip Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang juga mengakui bahwa tools yang tepat seperti kebijakan fiskal, instrumen perpajakan, dan kebijakan kepabeanan sangat penting untuk membantu industri hulu migas memastikan ketahanan energi sekaligus mewujudkan komitmen kami terhadap transisi energi.
“Ibu Menteri menambahkan bahwa transisi yang sukses untuk Indonesia membutuhkan koordinasi antara kebijakan, teknologi, ilmu pengetahuan, dan modal serta kemitraan antara sektor publik dan swasta,” jelas Dwi.
Hingga triwulan ketiga 2022 realisasi investasi mencapai 7,7 miliar dolar AS dari target 13,2 miliar dolar AS atau menjadi investasi hulu migas terbesar secara rata-rata dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir sejak tahun 2016.
Dengan masih masifnya pelaksanaan kegiatan pengeboran sumur pengembangan, maka akan ada penambahan investasi yang signifikan hingga akhir tahun nanti. Sementara untuk mengejar target produksi migas di 2030 Indonesia membutuhkan investasi hulu migas paling sedikit senilai 20 miliar dolar AS hingga 26 miliar dolar AS per tahun. Itulah sebabnya, salah satu agenda utama pemerintah adalah meningkatkan gairah investasi di hulu migas.
Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, sekaligus Chairman Organizing Committee IOG 2022 Mohammad Kemal, mengungkapkan bahwa peningkatan investasi hulu migas merupakan keniscayaan dan tidak akan terwujud tanpa adanya peran dari para pemangku kepentingan lainnya. “Kita bisa meningkat investasi dengan dukungan dari seluruh Stakeholders yang kuat.