Prospek Saham TLKM Setelah Anjlok 6,25 Persen
Sebagai catatan, saham PT Telkom (TLKM) pada awal perdagangan, dibuka di bawah harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 3.640 per saham.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (6/12/2022) bergejolak.
Saham Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang selama ini dianggap stabil harganya mengalami pelemahan signifikan.
Saham TLKM anjlok hingga 6,25 persen, atau menjadi tiga besar top loser di bawah GOTO (PT Goto Gojek Tokopedia Tbk) yang anjlok 6,50% dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang minus 6,82%.
Merosotnya harga saham TLKM ini membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut terseret turun 1,36% ke level 6.892.
Baca juga: IHSG Dibuka Langsung Turun 0,53 Persen ke 6.950, Saham GOTO Anjlok 6,5 Persen Rabu Pagi
Pada saat penutupan perdagangan di bursa saham saham TLKM berada di harga Rp 3.600 per saham.
Jika dibandingkan dengan harga sebelumnya yakni sebesar Rp 3.840, berarti harga saham TLKM turun 6,25%.
Sebagai catatan, saham PT Telkom (TLKM) pada awal perdagangan, dibuka di bawah harga penutupan sebelumnya, tepatnya Rp 3.640 per saham.
Saham TLKM sempat menyentuh harga tertinggi Rp 3.720 dan harga terendah Rp 3.580, artinya saham TLKM ditutup turun Rp 240 dalam sehari.
Pada saat penutupan, harga permintaan (bid) tertinggi Rp 3.590 per saham. Di lain sisi, harga penawaran (offer) terendah di Rp 3.600 per saham.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total nilai transaksi saham TLKM mencapai Rp 1.510,40 miliar. Adapun total volume saham yang ditransaksikan mencapai 4.166.315 lot.
Sebelumnya dalam analisa yang di tulis KONTAN.co.id prospek kinerja PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) bakal ditopang rencana merger Indihome dan Telkomsel.
Upaya penggabungan usaha ini disinyalir guna menghadapi persaingan industri telekomunikasi yang semakin ketat.
Analis Henan Putihrai Sekuritas Steven Gunawan mengatakan bahwa rencana penggabungan Telkomsel dan IndiHome merupakan langkah yang tepat untuk menjadi penyedia Fixed-Mobile Convergence (FMC) terkemuka.
Kedua lini bisnis tersebut masih terus bertumbuh. Emiten pelat merah ini mencatatkan pendapatan Rp 108,8 triliun hingga September 2022.