Abaikan Keputusan Negara Barat, China Beli Minyak Rusia di Atas Batas Ketentuan G7
Batas harga sebesar 60 dolar AS per barel, yang ditetapkan oleh negara-negara Group of Seven (G7), Uni Eropa dan Australia.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA - China dilaporkan membeli minyak mentah Eastern Siberia–Pacific Ocean (ESPO) Rusia dengan diskon rendah dalam beberapa bulan, meskipun harga yang dibayar dapat melebihi batas harga yang diberlakukan pekan ini oleh negara-negara Barat.
Batas harga sebesar 60 dolar AS per barel, yang ditetapkan oleh negara-negara Group of Seven (G7), Uni Eropa dan Australia, mulai berlaku pada Senin (5/12/2022) untuk membatasi kekuatan Moskow dalam membiayai perangnya di Ukraina, meskipun Rusia telah berjanji untuk menentang keputusan tersebut.
Melansir dari Reuters, China merupakan pembeli minyak utama Rusia, dan belum menyetujui batas harga tersebut. Pedagang (traders) di pasar bahan bakar di China mengatakan mereka melakukan bisnis seperti biasa.
Baca juga: Fakta-fakta Batas Harga Minyak Rusia yang Ditetapkan G7, Uni Eropa, dan Australia
Penyuling independen China, klien dominan ESPO yang diekspor dari pelabuhan Kozmino di Timur Jauh Rusia, mengamankan hampir semua pengiriman berdasarkan dari pedagang yang mengatur pengiriman dan asuransi, untuk melindungi penyuling dari kemungkinan sanksi sekunder yang mungkin timbul dari batas harga tersebut.
Minyak mentah light sweet disukai oleh penyuling China karena hasil sulingan menengah minyak yang tinggi. Namun, kebijakan nol-COVID pemerintah China telah melemahkan ekonomi negara itu dan permintaan minyak mentah.
Setidaknya satu kargo ESPO untuk kedatangan Desember dijual minggu lalu ke kilang independen dengan diskon 6 dolar AS per barel terhadap harga ICE Brent Februari berdasarkan pengiriman-ex-ship (DES), menurut empat pedagang yang mengetahui kesepakatan tersebut.
Itu dibandingkan dengan premi sekitar 1,80 dolar AS per barel pada tiga minggu lalu. Pada level Brent saat ini, diskon 6 dolar AS menyiratkan harga 68 dolar AS per barel termasuk biaya pengangkutan dan asuransi.
"Mereka (pabrik independen) tidak terlalu peduli dengan batasan harga. Yang mereka lakukan hanyalah menghitung angka untuk melihat apakah harga yang dikirimkan menghasilkan keuntungan yang baik atau tidak," kata seorang eksekutif perdagangan di salah satu penyuling independen.
"Margin penyulingan domestik masih berjuang," tambah eksekutif itu.
Pada hari ini, Kamis (8/12/2022), masih ada dua kargo yang dimuat untuk bulan ini yang tidak terjual, dan penawaran turun menjadi sekitar 7 dolar AS hingga 8 dolar AS per barel, kata dua sumber di perdagangan minyak China.
Beberapa perdagangan awal kargo pemuatan Januari berada di level 4 dolar AS per barel di bawah ICE Brent Maret, yang menjadi level terendah untuk bulan depan untuk ESPO sejak Juli.
Benchmark Brent meluncur ke level terendah sejak Januari pada perdagangan Selasa (6/12/2022) di bawah 80 dolar AS per barel.
Pedagang di pasar bahan bakar mengatakan murahnya ESPO dapat segera menarik pembelian baru dari konsumen China, dengan harapan pelonggaran kontrol pandemi COVID-19 Beijing selama seminggu terakhir dapat menghidupkan kembali permintaan bahan bakar.
Baca juga: Rusia Balas Pembatasan Harga Minyak oleh G7 dengan Serangan Rudal ke Ukraina
"Dapat diharapkan bahwa beberapa pembeli minyak mentah Rusia mungkin mengambil pendekatan hati-hati dalam beberapa minggu pertama, mengurangi impor sampai implikasi hukum dari perdagangan tersebut lebih jelas," kata dua analis di perusahaan riset energi Rystad Energy, Viktor Kurilov dan Jorge Leon dalam sebuah laporan.
Dengan adanya batas harga minyak Rusia, China, India, dan Turki dapat memiliki daya tawar yang lebih besar, tambah para analis.
Di Shandong, sebuah provinsi di China dengan banyak penyuling independen, ESPO juga menghadapi persaingan yang semakin ketat terutama dari minyak Iran, yang diperdagangkan dengan diskon hampir 10 dolar AS terhadap ICE Brent pada pekan lalu.
Spesialis pelacakan kapal tanker, Vortexa Analytics, memperkirakan impor minyak Iran dari China mungkin telah mencapai rekor bulanan hampir 4,7 juta ton pada November.