AS Tambahkan 30 Perusahaan Asal China ke Daftar Hitam Perdagangan
Pemerintah Amerika Serikat berencana menambahkan lebih dari 30 perusahaan asal China ke daftar hitam perdagangan
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Pemerintah Amerika Serikat berencana menambahkan lebih dari 30 perusahaan asal China ke daftar hitam perdagangan, suatu tindakan yang dapat memperdalam ketegangan kedua negara adidaya ekonomi dunia.
Melansir dari Bloomberg, salah satu perusahaan China yang masuk ke daftar tersebut adalah produsen semikonduktor Yangtze Memory Technologies.
Departemen Perdagangan AS akan menambahkan produsen chip memori terkemuka China dan perusahaan lainnya ke "Daftar Entitas" paling cepat minggu ini, menurut sumber yang menolak disebut identitasnya.
Baca juga: Inggris Tangkap Taipan Properti China Zhang Li atas Penyuapan Demi Dapatkan Proyek di AS
Perusahaan yang masuk ke Daftar Entitas dilarang membeli komponen teknologi dari pemasok AS kecuali mereka mendapatkan lisensi ekspor khusus dari Departemen Perdagangan AS.
Perwakilan dari Yangtze Memory menolak berkomentar mengenai hal ini.
Langkah tersebut akan mewakili eskalasi terbaru dalam konflik AS-China terkait teknologi. Pemerintahan Joe Biden meluncurkan serangkaian pembatasan pada kemampuan China untuk membeli peralatan semikonduktor pada Oktober, menempatkan Yangtze Memory dan perusahaan lain ke dalam daftar untuk pengawasan lebih lanjut pada saat itu.
Pada saat itu, Departemen Perdagangan AS menambahkan 31 entitas termasuk Yangtze Memory ke dalam "Daftar Tidak Diverifikasi", yang berarti otoritas AS tidak dapat membuktikan bahwa perusahaan tersebut tidak mendukung militer China.
Perusahaan yang masuk ke Daftar Tidak Diverifikasi memiliki waktu 60 hari untuk membuktikan bisnis mereka tidak terlibat dalam kegiatan yang membahayakan keamanan nasional AS.
Pemerintah China tampaknya bekerja sama dengan otoritas AS untuk mencegah Yangtze Memory dan perusahaan lain ditambahkan ke Daftar Entitas.
Upaya itu melibatkan Kementerian Perdagangan China untuk membantu perusahaan domestik melalui "pemeriksaan akhir" yang diwajibkan oleh AS, termasuk pengungkapan informasi mengenai produk dan operasi mereka.
Baca juga: 5 Poin Penting Kunjungan Presiden China ke Arab Saudi, Ada Rencana Besar untuk Keamanan dan Minyak
Yangtze Memory, yang berbasis di Wuhan, adalah produsen semikonduktor 3D NAND terbesar di negara itu, yang memproduksi chip memori untuk smartphone dan perangkat komputasi lainnya agar bersaing dengan produsen chip asal Korea Selatan, Samsung Electronics Co.
Perusahaan tersebut telah dalam pembicaraan untuk memasok chip ke raksasa teknologi Apple Inc., yang akan menandai langkah signifikan bagi industri teknologi China. Namun kesepakatan itu akhirnya ditunda.
The Financial Times pertama kali melaporkan rencana Departemen Perdagangan AS untuk memasukkan Yangtze Memory ke dalam daftar hitam.
Baca juga: Pengusaha di China Waspadai Munculnya Gelombang Infeksi Baru Covid-19 Usai Pelonggaran Pembatasan
Pejabat AS memberlakukan pembatasan chip terbaru, dengan menjelaskan bahwa pembatasan itu diperlukan untuk menghentikan China menjadi ancaman ekonomi dan militer Negeri Paman Sam.
Pemerintahan Biden ingin memastikan produsen chip Beijing tidak "mengamankan kemampuan" untuk membuat semikonduktor canggih yang akan memperkuat militer China.
China dengan tajam mengkritik langkah AS tersebut, dengan alasan bahwa pemerintah Biden berusaha menghentikan kebangkitannya.
Pada pekan ini, China mengajukan gugatan ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang mencoba membatalkan kontrol perdagangan yang diberlakukan AS, dengan alasan mereka akan mengganggu perdagangan global dan rantai pasokan.