Nilai Tukar Rupiah Menguat ke Rp15.578 Per Dolar AS Rabu Pagi
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp15.578 pada Rabu pagi ini pukul 09.21 WIB (14/12/2022).
Penulis: Bambang Ismoyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ismoyo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp15.578 pada Rabu pagi ini pukul 09.21 WIB (14/12/2022).
Sebelumnya pada Selasa sore (13/12/2022), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp15.657 atau menguat 79 poin pada hari ini.
Pengamat pasar keuangan Ibrahim Assuaibi sebelumnya mengatakan, fluktuasi rupiah masih akan terjadi dan berpotensi melemah pada penutupan sore nanti.
"Untuk perdagangan besok (hari ini), mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.640 hingga Rp15.710," ucap Ibrahim dalam analisanya, Selasa (13/12/2022).
Diketahui sebelumnya, nilai tukar mata uang rupiah berada di level Rp15.657 per dolar AS pada Senin (12/12/2022). Jika dicermati, nilai tukar mata uang Garuda melemah 30 poin, sebelumnya pada level Rp15.627.
Ibrahim mengatakan, fluktuasi rupiah disebabkan menguatnya indeks dolar AS. Di mana, indeks dolar AS terpengaruh sentimen Bank Sentral AS alias The Fed, yang akan kembali menaikkan suku bunga.
"Dolar menguat pada hari Selasa menjelang rilis data inflasi AS dan pertemuan terakhir Federal Reserve tahun ini, dengan investor menunggu untuk memperbarui prospek suku bunga," papar Ibrahim.
Baca juga: Selasa Pagi Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp15.652 per Dolar AS
Sementara untuk faktor internal, isu resesi di tahun 2023 terus menjadi Tranding Topic di seluruh dunia. Apalagi para ekonom telah memperingatkan soal kemungkinan terjadi resesi.
Inflasi yang tengah terjadi mempengaruhi banyak orang dalam skala global akibat berbagai faktor sosial ekonomi, khususnya konflik Rusia-Ukraina dan gangguan rantai pasok.
Baca juga: Senin Pagi Nilai Tukar Rupiah Melemah Tipis ke Posisi Rp15.645 per Dolar AS
Meskipun ada indikasi yang jelas bahwa resesi akan terjadi, namun perekonomian di Indonesia, diperkirakan akan tetap kuat di tengah-tengah prospek yang kurang baik.
"Hal ini salah satunya didukung oleh tetap kuatnya produksi manufaktur dan konsumsi domestic yang tetap stabil," pungkasnya.