Badai PHK Sudah Terjadi di Indonesia, 85 Ribu Lebih Karyawan Telah Dirumahkan, Ini Kata Bank Dunia
Sementara di industri digital, gelombang PHK terjadi akibat penurunan pola konsumsi masyarakat yang terjadi sejak aktivitas ekonomi kembali normal.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) telah terjadi di Indonesia, pemangkasan karyawan terjadi pada sejumlah sektor.
Sektor yang sangat terasa adalah pada industri tekstil dan digital.
Menanggapi telah terjadinya PHK di Indonesia tersebut Bank Dunia (World Bank) mengungkapkan penyebabnya.
Baca juga: Cabang Citigroup di China Gulung Tikar, 1.200 Karyawan Terpaksa di PHK
Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste Habib Rab mengatakan, fenomena gelombang PHK di industri tekstil akibat terjadinya penurunan permintaan sektoral, baik permintaan dalam maupun luar negeri.
"Beberapa sektor terdampak negatif, terutama yang kami dengar adalah di sektor tekstil karena adanya perlambatan permintaan sektoral," ujarnya saat konferensi pers di Energy Building, Jakarta, Kamis (15/12/2022).
Berdasarkan hasil survei Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) selama 1-16 November 2022, sebanyak 149 dari 233 perusahaan tekstil telah melakukan pengurangan jumlah karyawan.
Totalnya sekitar 85.951 karyawan se-Indonesia dimana 37.000 karyawan berasal dari Jawa Barat.
Sementara di industri digital, dia menuturkan, gelombang PHK terjadi akibat penurunan pola konsumsi masyarakat yang terjadi sejak aktivitas ekonomi kembali normal.
"Ada tantangan cyclical meski ekonomi tumbuh cepat, ada beberapa yang mengalami perlambatan," kata dia.
Baca juga: 40 Ribu Buruh Pabrik Garmen di Vietnam Kena PHK, Ini Pemicunya
Meski demikian, jika melihat angka agregat pengangguran di Indonesia, tingkat pengangguran sudah mendekati angka pre-pandemi Covid-19 dari Agutus atau September lalu.
Sebagai informasi, badai PHK terutama di perusahaan teknologi belum terlihat reda.
Daftar PHK di Startup dan Perusahaan Tahun Ini:
1. TaniHub
Pada awal Maret 2022, TaniHub menghentikan semua layanan business to consumers (B2C), sehingga turut menghentikan operasional gudang di Bandung dan Bali.