Harga Minyak Anjlok 2 Persen karena Dollar AS Kembali Perkasa
Harga minyak turun sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB karena kenaikan suku bunga oleh The Fed.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK - Harga minyak turun sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Kamis atau Jumat pagi WIB karena kekhawatiran atas prospek permintaan bahan bakar akibat lonjakan kurs dolar AS dan kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh bank sentral global.
Setelah naik selama tiga hari berturut-turut, harga minyak mentah berjangka Brent turun 1,49 dolar AS atau 1,8 persen, menjadi 81,21 dolar AS per barel, sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,17 dolar AS menjadi 1,5 persen menjadi 76,11 dolar AS per barel.
"Harga minyak mentah melemah karena risiko resesi global meningkat setelah gelombang pengetatan bank sentral lainnya. Reli minyak baru-baru ini (kehabisan tenaga) karena penghindaran risiko menjadi liar," kata analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA, Edward Moya, yang dilansir dari Reuters.
Ketua Federal Reserve AS (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada Rabu (13/12/2022) bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lebih lanjut tahun depan, bahkan ketika ekonomi tergelincir ke arah kemungkinan resesi.
Hari Kamis (15/12/2022) kemarin, Bank of England dan Bank Sentral Eropa menaikkan suku bunga untuk melawan inflasi.
Indeks saham AS turun tajam karena pernyataan The Fed untuk pengetatan kebijakan yang berlarut-larut telah memadamkan harapan bahwa kenaikan suku bunga akan berakhir dalam waktu dekat.
Baca juga: Pembatasan Harga Minyak Rusia Picu Antrean Kapal Tanker di Lepas Pantai Turki
"Harga minyak berada di bawah tekanan hari ini karena pedoman hawkish Fed untuk kebijakan moneternya memicu kekhawatiran baru tentang pertumbuhan ekonomi, mengangkat dolar AS dan menurunkan harga komoditas," kata analis di perusahaan jasa keuangan CMC Markets, Tina Teng.
Dolar AS yang lebih kuat akan membuat harga minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Baca juga: Harga Minyak Langsung Naik Setelah Rilis Data Inflasi November AS yang Melambat
Penjualan ritel AS turun lebih dari yang diperkirakan pada November, namun daya beli konsumen tetap didukung oleh pasar tenaga kerja yang kuat, dengan jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun paling banyak dalam lima bulan terakhir pada minggu lalu.
Di China, ekonomi terbesar kedua di dunia, output pabrik melambat dan penjualan ritel memperpanjang penurunan, serta lonjakan kasus Covid-19 serta pembatasan virus yang meluas telah membuat ekonomi negara ini tertatih-tatih.
Baca juga: Rusia Balas Pembatasan Harga Minyak oleh G7 dengan Serangan Rudal ke Ukraina
Pernyataan dari perusahaan energi TC Energy Corp Kanada yang akan melanjutkan operasi di bagian pipa Keystone, seminggu setelah kebocoran lebih dari 14.000 barel minyak di Kansas, Amerika Serikat, juga menekan harga minyak.