Di Bawah Kepemimpinan Ranil Wickremesinghe, Inflasi Sri Lanka Susut Jadi 65 Persen
Departemen sensus dan statistic Sri Lanka mengatakan bahwa laju inflasi di negaranya untuk bulan November 2022 telah mengalami penyusutan
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, KOLOMBO – Departemen sensus dan statistic Sri Lanka mengatakan bahwa laju inflasi di negaranya untuk bulan November 2022 telah mengalami penyusutan menjadi 65 persen.
Angka inflasi tersebut menurun drastis bila dibandingkan dengan rekor tertingginya di bulan Oktober lalu, dimana saat itu inflasi tembus mencapai level 70,6 persen.
Penurunan inflasi ini, menunjukkan bahwa kebijakan pengetatan moneter yang belakangan diterapkan Perdana menteri baru Ranil Wickremesinghe dan bank sentral Sri Lanka, dengan mengerek naik suku bunga acuan ke level tertinggi kini telah menunjukan kinerja positif.
Baca juga: IMF Diperkirakan Tidak Akan Menyetujui Bailout Sri Lanka Jelang Akhir Tahun Ini
Meski pengetatan moneter berpotensi memukul pendapatan perusahaan Sri Lanka akibat lonjakan pajak, namun cara ini dianggap efektif untuk mengendalikan setiap tekanan permintaan yang mendasari aktivitas ekonomi Sri Lanka.
Selain terdampak pengetatan moneter, menurut laporan yang dikutip Reuters, indeks Harga Konsumen Nasional (NCPI) Sri Lanka di sepanjang November dapat menurun karena terdorong penyusutan harga energi. Meski harga makanan masih dipatok naik sekitar 69,8 persen sementara inflasi non-makanan mencapai 60,4 persen.
Sebelum inflasi Sri Lanka mereda, ekonomi negara ini sempat masuk ke jurang resesi usai hutang utang Sri Lanka membengkak lebih dari 100 miliar dolar AS.
Kondisi ini lantas membuat 22 juta masyarakat Sri Lanka mengalami kesulitan akut untuk memperoleh kebutuhan pokok diantaranya seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan.
Bahkan imbas dari krisis tersebut, pada bulan September lalu Sri Lanka sempat mendapatkan suntikan dari Dana Moneter Internasional sebesar ,29 miliar dolar AS untuk memulihkan kondisi ekonomi dan meredakan kenaikan inflasi.
Imbas dari adanya krisis valuta asing atau mata uang, yang disebabkan oleh kesalahan pengelolaan ekonomi selama berlangsung pandemi Covid-19 ditengah adanya lonjakan harga pangan dan bahan bakar di pasar global.
Baca juga: Inflasi Sri Lanka pada September 2022 Sentuh Level Tertinggi, Mencapai 73,7 Persen
Meski saat ini inflasi telah menyusut, namun rencananya Gubernur Bank Sentral Sri Lanka Nandalal Weerasinghe akan terus memperketat kebijakan moneternya hingga inflasi bisa turun dibawah 60 pada akhir tahun 2022.
Serta menyusut ke kisaran 4 persen sampai 5 persen pada akhir tahun depan. Seperti proyeksi awal yang telah ditetapkan oleh Bank Sentral Sri Lanka.