Analis Perkirakan Ekonomi China akan Bangkit Lebih Cepat, Ini Sejumlah Faktor yang Mendasari
Analis Goldman Sachs menaikkan perkiraan PDB China pada 2023 dari 4,5 persen menjadi 5,2 persen karena ekonomi dibuka kembali lebih cepat
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Perekonomian China pada 2023 kemungkinan tidak akan sama seperti perekonomian negara itu pada 2019.
Baca juga: Bank Dunia Pangkas Prospek Pertumbuhan Ekonomi China Menjadi 2,7 Persen Pada Tahun Ini
Pada bulan lalu, Beijing melonggarkan kebijakan nol-Covid yang membebani pertumbuhan ekonomi negara itu selama 18 bulan terakhir.
Analis memperkirakan ekonomi China akan bangkit kembali lebih cepat dari perkiraan sebelumnya.
Faktor-faktor yang mendasari pertumbuhan itu hampir pasti akan terlihat berbeda dari tiga tahun lalu, menurut para ekonom.
Model pertumbuhan ekonomi China bergerak dari yang bergantung pada sektor properti dan infrastruktur ke model yang disebut ekonomi digital dan hijau yang memainkan peran lebih besar, menurut analis di bank investasi terkemuka China International Capital Corporation Limited (CICC) dalam prospek 2023 yang dirilis pada bulan lalu.
Baca juga: Redam Lonjakan Covid-19 yang Menggila, China Impor Vaksin dari Jerman
Kategori ekonomi digital mencakup peralatan komunikasi, transmisi informasi, dan perangkat lunak. Sementara ekonomi hijau mengacu pada industri yang perlu berinvestasi untuk mengurangi emisi karbon mereka, antara lain tenaga listrik, baja, dan bahan kimia.
Selama lima tahun ke depan, investasi kumulatif ke dalam ekonomi digital diperkirakan akan tumbuh lebih dari tujuh kali lipat mencapai 77,9 triliun yuan atau senilai 11,13 triliun dolar AS, menurut perkiraan CICC.
Angka itu melampaui investasi kumulatif yang diantisipasi ke sektor properti, infrastruktur tradisional, dan ekonomi hijau, menjadikan industri digital sebagai yang terbesar dari empat kategori tersebut, kata laporan itu.
Pada 2021 dan 2022, real estate adalah kategori investasi terbesar, kata laporan itu. Namun analis CICC mengatakan pada tahun ini, investasi ke real estat turun sekitar 22 persen dari tahun lalu, sedangkan ke sektor digital dan hijau tumbuh masing-masing sekitar 24 persen dan 14 persen.
Beijing menindak ketergantungan pengembang properti yang tinggi pada utang di tahun 2020, berkontribusi terhadap gagal bayar utang (default) perusahaan pengembang properti serta penurunan penjualan perumahan dan investasi ke sektor tersebut. Pihak berwenang China tahun ini telah melonggarkan banyak pembatasan pembiayaan tersebut.
Baca juga: WHO: Lonjakan Kasus Covid-19 di China Bisa Picu Pandemi Global Lagi
Ekspor Menurun
Sementara sebagian besar negara-negara di dunia berjuang untuk menahan penyebaran Covid-19 pada 2020 hingga 2021, pengendalian virus corona di China yang cepat membantu pabrik-pabrik lokal memenuhi permintaan global yang melonjak untuk produk kesehatan dan elektronik.
Sekarang, permintaan telah menurun. Ekspor China mulai turun dari tahun ke tahun di bulan Oktober, untuk pertama kalinya sejak Mei 2020, menurut data dari perusahaan pasar modal Wind Information.
Tahun depan, pengurangan ekspor bersih diperkirakan akan memangkas pertumbuhan sebesar 0,5 poin persentase, kata Kepala Ekonom China di Goldman Sachs Hui Shan dan timnya dalam catatan yang diterbitkan pada 16 Desember.