Jepang Waspadai Lonjakan Harga dan Penularan Covid-19 di China
Jepang sedang bergulat dengan pertumbuhan global yang lamban dan tingginya biaya impor yang membebani aktivitas ekspor dan industri manufakturnya.
Penulis: Mikael Dafit Adi Prasetyo
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Pemerintah Jepang pada Rabu (21/12/2022) akan mencermati perkembangan kasus Covid-19 di China, selain mewaspadai juga risiko dari perlambatan ekonomi global, kenaikan harga dan kendala pasokan.
Pernyataan tersebut muncul ketika Jepang sedang bergulat dengan pertumbuhan global yang lamban dan tingginya biaya impor yang membebani aktivitas ekspor dan industri manufakturnya.
Pemerintah Jepang sudah memangkas proyeksi output manufaktur untuk pertama kalinya dalam enam bulan akibat melemahnya permintaan global untuk semikonduktor.
Namun penilaian Pemerintah Jepang terhadap kondisi ekonomi terkini secara keseluruhan tidak berubah dengan menyatakan kondisinya mulai "membaik secara moderat".
"Jika situasi Covid-19 China berdampak pada rantai pasokan atau perdagangan, itu juga dapat berdampak pada ekonomi Jepang seperti yang telah kita lihat awal tahun ini," kata seorang pejabat pemerintah Jepang, mengutip Reuters.
Jepang mulai meningkatkan pandangannya terhadap sentimen bisnis untuk pertama kalinya dalam satu tahun dengan menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan.
Sebelumnya, Pemerintah Jepang mengatakan bahwa pemulihan sentimen bisnis sempat terhenti.
Di bidang ekonomi utama lainnya, Pemerintah Jepang tidak mengubah pandangannya mengenai konsumsi swasta dengan mengatakan bahwa hal itu “meningkat secara moderat”.
Baca juga: Lampaui Jepang, China Kini Jadi Importir LNG Global Teratas
Pernyataan tersebut sekaligus menegaskan kembali bahwa Pemerintah Jepang mengharapkan bank sentral Jepang (BoJ) untuk mencapai target harga 2 persen secara stabil berdasarkan ekonomi, harga dan situasi keuangan.
Baca juga: Tolak Tawaran Hawkish, Bank Sentral Jepang Pilih Longgarkan Suku Bunga untuk Tahan Inflasi
Selasa (20/12/2022) lalu, Bank Sentral Jepang memberi kejutan pasar dengan perubahan kontrol imbal hasil obligasi yang memungkinkan suku bunga jangka panjang naik lebih banyak.
Langkah ini mereka ambil untuk meringankan beberapa biaya stimulus moneter yang berkepanjangan.