Resesi Berlanjut, Pendapatan Perusahaan Global Diprediksi Melambat Sepanjang 2023
Perlambatan ini terjadi sebagai imbas dari kebijakan hawkish yang belakangan kerap diterapkan bank sentral AS yakni The Fed.
Penulis: Namira Yunia Lestanti
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, NEW YORK – Pertumbuhan pendapatan sejumlah perusahaan dunia diperkirakan melambat di tahun depan, seiring dengan meningkatnya penurunan laju ekonomi akibat resesi pasar global.
Beberapa ahli strategi ekuitas ternama memprediksi apabila AS akan menjadi negara yang tumbuh paling lambat hingga gagal mencatatkan kenaikan laba selama 2023, akibat terdampak lonjakan inflasi.
“Semuanya tentang inflasi. Kekuatan harga perusahaan adalah tentang inflasi dan biaya upah mereka adalah inflasi." jelas Jonathan Golub, kepala strategi ekuitas AS di Credit Suisse Securities di New York.
Perlambatan ini terjadi sebagai imbas dari kebijakan hawkish yang belakangan kerap diterapkan bank sentral AS yakni The Fed, dengan mengerek suku bunga acuan ke level tertinggi.
Baca juga: The Fed Kerek Suku Bunga 50 Bps ke Level Tertinggi dalam 15 Tahun
Meski sikap agresif The Fed perlahan dapat menurunkan lonjakan inflasi di Amerika, namun sayangnya pengetatan moneter ini telah memicu tekanan pada para perusahaan yang akan melakukan pinjaman ke sejumlah perbankan lokal.
Ini karena suku bunga yang akan dibebankan pada perusahaan akan ikut terkerek, alasan tersebut yang kemudian membuat perusahaan di sejumlah sektor di AS memiliki pertumbuhan laba paling lambat sejak 2020.
Termasuk perusahan teknologi yang sepanjang tahun ini mengalami keruntuhan, akibat lonjakan harga suku cadang dan krisis pasokan hingga memicu aksi pemecatan terhadap ribuan karyawan.
Kemerosotan yang menghantam sektor teknologi AS bahkan membuat pendapatan bursa saham di S&P 500 yang mengalami penurunan sebesar 1,1 persen YoY, selama kuartal keempat 2022.
Tak hanya perusahaan di Amerika saja yang akan mengalami perlambatan, pendapatan perusahaan Eropa diperkirakan juga akan mencatatkan penurunan akibat terdampak gejolak resesi.
Kepala Strategi Ekuitas Eropa Barclays, Emmanuel Cau memperkirakan pendapatan ekuitas perusahaan Eropa khususnya di Inggris akan turun 12 persen pada 2023 mendatang.
"Analisis kami menunjukkan bahwa pendapatan dan margin biasanya berkontraksi ketika pertumbuhan PDB (produk domestik bruto) global berada di bawah tren". jelas Emmanuel Cau.
Sependapat dengan yang lainnya, analisis Reuters juga turut memproyeksikan bahwa 5.756 perusahaan di seluruh dunia akan mengalami perlambatan sebesar 4,0 persen dan hanya mencatatkan kenaikan kapitalisasi minimal 1 miliar dolar AS selama 2023, apabila kebijakan hawkish terus diberlakukan sejumlah negara selama beberapa satu tahun kedepan.