Industri Pertambangan Terapkan Teknologi Peleburan Terbaru Dorong Hilirisasi Bahan Tambang
Langkah hilirisasi ini diharapkan dapat memperkuat industri, meningkatkan peluang usaha di dalam negeri melalui tersedianya lapangan pekerjaan baru.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemerintah terus menggenjot hilirisasi bahan tambang dengan melarang ekspor bahan mentah, yang terbaru yaitu bauksit yang akan dimulai Juni 2023.
Langkah hilirisasi ini diharapkan dapat memperkuat industri, meningkatkan peluang usaha di dalam negeri melalui tersedianya lapangan pekerjaan baru.
Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan program hilirisasi dari pemerintah, Holding Industri Pertambangan Indonesia atau MIND ID bersama PT Timah Tbk akan mengunakan teknologi terbaru dalam pengolahan komoditas timah pada 2023.
Baca juga: Holding BUMN Tambang Berperan Penting di Hilirisasi Bahan Mineral
Teknologi bernama peleburan Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace merupakan babak baru transformasi teknologi dalam pengolahan timah. Penggunaan teknologi ausmelt diyakini dapat menekan biaya produksi.
Direktur Utama PT Timah Tbk, Achmad Ardianto mengatakan, saat ini TSL Ausmelt Furnace sudah menyelesaikan tahapan hot commissioning, setelah sebelumnya beberapa tahapan sudah dilakukan hingga nantinya digunakan secara penuh.
Untuk tahun pertama, kata Achmad, kapasitas produksi TSL Ausmelt Furnace baru akan digunakan 50 persen. Oleh karena itu, PT Timah masih mengoptimalkan tanur reverberatory furnace yang dimiliki perusahaan.
"Telah kami lakukan Hot Commissioning dan berhasil menghasilkan logam timah berkadar 99 persen. Berikutnya akan disegerakan untuk production ramp – Up dan performance test. TSL Ausmelt Furnace akan disiapkan untuk beroperasi di 2023, untuk tahun pertama kapasitas produksinya akan dimaksimalkan 50 persen dulu. Namun, 50 persen dari Ausmelt ini sudah memenuhi 65 persen dari rencana produksi tahun depan," kata Achmad Ardianto yang ditulis Jumat (30/12/2022).
Proyek Ausmelt merupakan salah satu proyek strategis di Holding Industri Pertambangan MIND ID, di mana pembangunan TSL Ausmelt Furnace merupakan salah satu bentuk transformasi teknologi peleburan yang dilakukan PT Timah.
Baca juga: Hari Ini Jokowi Tinjau Pembangunan TSL Ausmelt PT Timah di Bangka
Dalam kunjungan Presiden Joko Widodo pada 20 Oktober lalu ke proyek pembangunan Ausmelt Furnace, Presiden Jokowi menyampaikan tentang pentingnya kehadiran TSL Ausmelt Furnace sebagai upaya untuk mendorong hilirisasi dalam konteks ketersediaan mineral timah sebagai komoditas, namun tetap lebih ramah lingkungan karena dilengkapi dengan Hygiene Sistem dan Waste-Water Treatment.
Dengan TSL Ausmelt Furnace, diharapkan mampu mengolah konsentrat bijih timah dengan kadar rendah mulai dari 40% Sn, dengan kapasitas produksi 40.000 ton crude tin per tahun atau 35.000 metrik ton ingot per tahun.
Achmad mengatakan, tujuan transformasi teknologi pengolahan ini untuk optimalisasi teknologi, peningkatan kapasitas, efisiensi produksi dan keselamatan, serta kesehatan lingkungan dan terus mengoptimalkan persiapan operasional TSL Ausmelt Furnace dengan menyiapkan SDM, sistem operasi yang andal dan bahan baku.
Baca juga: Kementerian ESDM: Target 53 Smelter pada Tahun Depan Kemungkinan Tidak Tercapai
"Sembari memastikan keandalan dalam mengoperasikan TSL Ausmelt Furnace, kita menyiapkan SDM dan hal teknis lainnya termasuk supply bahan baku," ujarnya.
Direktur Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo menyebut, improvisasi teknologi yang dilakukan PT Timah sudah sejalan dengan visi MIND ID untuk mengembangkan teknologi yang efisien dan modern, sehingga bisa meningkatkan produksi dan nilai tambah dari komoditi yang dihasilkan namun tetap ramah lingkungan.
“MIND ID mendorong Anggota Holding Industri Pertambangan untuk mengembangkan dan menggunakan teknologi yang terbaru dan lebih efisien. Tujuannya, secara kuantitas produksi bisa lebih besar sehingga bisa memenuhi demand market, dan secara kualitas bisa lebih baik dan kompetitif,” ujar Dilo.
"Kami mendorong penggunaan teknologi harus sesuai dengan semangat hilirisasi, green-economy dan sustainability agar kontribusi yang dihasilkan untuk perusahaan dan masyarakat lebih berkelanjutan dan bermanfaat,” sambungnya.