Jerman Perluas Ekspor Listrik ke Negara Tetangga Meski Dihantam Krisis Energi
Ekspor listrik Jerman yang meningkat didukung oleh banyaknya energi terbarukan yang digerakkan oleh cuaca
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, FRANKFURT - Jerman mengekspor lebih banyak listrik ke negara tetangganya pada 2022, meskipun negara itu sedang menghadapi krisis energi.
Ekspor listrik Jerman yang meningkat didukung oleh banyaknya energi terbarukan yang digerakkan oleh cuaca dan permintaan listrik yang lebih besar dari Prancis.
Melansir dari Reuters, Swiss dan Austria menjadi tujuan ekspor utama listrik Jerman. Sementara itu, Prancis harus mengimpor listrik dari Jerman karena Paris bergulat dengan masalah teknis di reaktor nuklirnya yang membatasi produksi listrik.
Baca juga: China Mau Impor Batu Bara Australia, Sektor Energi Ambruk 4 Persen Bikin IHSG Longsor
Data perdagangan menunjukkan, negara tetangga Jerman tetap bergantung pada surplus listrik dari ekonomi terbesar Eropa itu jika pasokan pembangkit listrik mereka tidak mencukupi.
Surplus ekspor Jerman tumbuh menjadi 27,5 terawatt jam dibandingkan dengan 20,8 terawatt jam pada tahun lalu, menurut asosiasi industri utilitas Bundesverband der Energie- und Wasserwirtschaft (BDEW) yang selaras dengan beberapa laporan terbaru lainnya.
Secara rinci, impor listrik Jerman pada 2022 mencapai 51 terawatt jam, turun 2,6 persen dari 2021, sedangkan ekspor naik 7,3 persen secara year-on-year menjadi 78,5 terawatt jam, memberikan surplus ekspor bersih.
Karena masalah teknis yang mempengaruhi reaktor nuklir Prancis, untuk pertama kalinya Jerman menjual lebih banyak listrik ke Prancis, menggandakan volume ekspor di tahun sebelumnya ke negara yang memiliki sebutan la France itu.
Prancis menghasilkan daya 15,1 persen lebih sedikit pada 2022 dan volumenya kurang dari penggunaan nasional sebesar 1 persen.
Prancis menghadapi krisis energinya sendiri di tengah pemadaman pembangkit listrik tenaga nuklirnya, karena pemeliharaan yang tertunda dan korosi.
Pemerintah Prancis dan pihak berwenang menyatakan masalah telah mereda, mengutip kemajuan pada pemeliharaan reaktor nuklirnya dan pembatasan penggunaan listrik.
Baca juga: Penjualan Mobil Listrik Tesla di 2022 Pecah Rekor, Tembus 1,31 Juta Unit
Sedangkan produksi energi terbarukan Jerman tumbuh 8,5 persen pada 2022 menjadi 233,9 terawatt jam, kata regulator energi negara itu.
Output angin darat naik 12,4 persen dan angin lepas pantai melonjak 2,9 persen, berkat kecepatan angin yang tinggi. Output fotovoltaik surya naik 18,7 persen pada 46,6 terawatt jam di musim panas yang panjang dan cerah.
Prancis, Swiss, dan Austria telah meningkatkan impor energi dari Jerman, begitu pula dengan Republik Ceko, Belgia, dan Norwegia. Sementara itu, Belanda, Polandia, Swedia, Denmark, dan Luksemburg telah mengurangi pengiriman energi dari Jerman.
Pola impor menunjukkan lebih banyak volume listrik Belanda mengalir ke Jerman dan dari negara-negara Nordik, tempat kabel laut beroperasi untuk listrik Norwegia dan Swedia.
Sementara Denmark menawarkan koneksi melalui jalur darat dan transit melalui semenanjung Jutlandia.
Untuk membantu mempercepat munculnya pasar listrik yang lebih harmonis, interkonektor (interconnector) baru antara Jerman dan Belgia dibuka pada akhir tahun 2020, mengurangi transit melalui Belanda.
Baca juga: Amerika Serikat Dilanda Krisis Energi, 7.000 Warga Habiskan Musim Dingin Tanpa Listrik
Pada pertengahan 2021, interkonektor baru ke Norwegia mulai beroperasi untuk memfasilitasi ekspor tenaga angin dan surya Jerman serta impor tenaga air Norwegia.