Ekonomi China Dibuka, Pasar Saham ASEAN Kena Dampaknya, Termasuk Indonesia?
Aktivitas jasa Amerika Serikat (AS) turun mengimbangi data tenaga kerja AS yang solid dinilai memberikan harapan bahwa Bank Sentral AS
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Aktivitas jasa Amerika Serikat (AS) turun mengimbangi data tenaga kerja AS yang solid dinilai memberikan harapan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed tidak akan agesif menaikkan suku bunga.
Analis pasar modal Hans Kwee mengatakan, karena itu, kenaikan suku bunga diperkirakan efektif menurunkan inflasi.
Tetapi, juga tidak menimbulkan banyak masalah terhadap pasar tenaga kerja karena ekonomi masih menciptakan lapangan pekerjaan.
Baca juga: IHSG Akhir Pekan Perkasa Naik 0,46 Persen ke 6.684, Rupiah Rontok Rp 15.633/Dolar AS
"Hal tersebut mendorong mayoritas bursa global menguat di akhir pekan lalu," ujar Hans melalui risetnya, Senin (9/1/2023).
Namun, masalah sekarang bukan ekonomi negara Asia Tenggara (ASEAN) bermasalah, tapi lebih karena pembukaan ekonomi China membuat prospek negara tersebut lebih baik.
Pasar saham Asia Tengah, China, Hongkong, Taiwan, dan Korea Selatan tertekan selama periode penguncian China.
"Lalu, saat ini pembukaan ekonomi negara tersebut membuat valuasi pasar saham Asia Tengah lebih murah dan menimbulkan tekanan capital outflow dari pasar Asia Tenggara termasuk Indonesia," pungkas Hans.