Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Proyek Tenaga Surya Australia-Asia Terhenti Akibat Perselisihan Dua Miliarder

Miliarder teknologi dan aktivis iklim Cannon-Brookes, yang menjadi ketua Sun Cable pada Oktober, mengatakan dia tetap percaya diri dengan tenaga surya

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Seno Tri Sulistiyono
zoom-in Proyek Tenaga Surya Australia-Asia Terhenti Akibat Perselisihan Dua Miliarder
TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
Ilustrasi. Proyek senilai 21 miliar dolar AS yang bertujuan mengirimkan tenaga surya dari Australia ke Singapura terhenti karena dua miliarder yang menjadi pendukung utama proyek tersebut gagal menyetujui putaran baru pendanaan. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, MELBOURNE - Proyek senilai 21 miliar dolar AS yang bertujuan mengirimkan tenaga surya dari Australia ke Singapura terhenti karena dua miliarder yang menjadi pendukung utama proyek tersebut gagal menyetujui putaran baru pendanaan.

Perusahaan asal Australia-Singapura, Sun Cable, telah menunjuk administrator sukarela (voluntary administrators) kurang dari setahun setelah mengumpulkan 210 juta dolar Australia dari dua miliarder Mike Cannon-Brookes dan Andrew Forrest untuk proyek Australia-Asia PowerLink.

"Sementara proposal pendanaan diberikan, konsensus tentang arah masa depan dan struktur pendanaan perusahaan tidak dapat dicapai," kata Sun Cable dalam sebuah pernyataan, yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Jalan Tol Bali-Mandara Resmi Beroperasi

Sebagai informasi, administrator sukarela ditunjuk oleh para direktur karena perusahaan dalam kesulitan keuangan.

Miliarder teknologi dan aktivis iklim Cannon-Brookes, yang menjadi ketua Sun Cable pada Oktober, mengatakan dia tetap percaya diri dengan proyek tersebut.

Proyek Australia-Asia PowerLink melibatkan pembangunan ladang surya 20 gigawatt (GW), penyimpanan energi sebesar 42 gigawatt jam (GWh) di Australia utara, dan kabel bawah laut terpanjang di dunia untuk mengalirkan listrik ke Singapura dan akhirnya ke Indonesia.

Pembangunan proyek tersebut rencananya dimulai pada 2024.

Berita Rekomendasi

"Saya sepenuhnya mendukung ambisi dan tim ini, dan berharap dapat mendukung babak berikutnya perusahaan," kata Cannon-Brookes dalam pernyataan itu.

Pernyataan itu tidak memuat komentar dari perusahaan energi Squadron Energy milik raja bijih besi Andrew Forrest, pemangku kepentingan besar Sun Cable lainnya.

Namun, Squadron kemungkinan masih dapat membuat kesepakatan pendanaan untuk administrator, kata seseorang yang mengetahui rencana perusahaan yang meminta identitasnya tidak diungkapkan.

Penggalangan dana pada tahun lalu sebesar 210 juta dolar Australia termasuk pencapaian yang belum tercapai, yang berarti tidak semua dana tersebut tersedia.

Langkah ke depan dalam proyek ini kemungkinan akan melibatkan administrator sukarela FTI Consulting untuk mencari modal baru atau menjual bisnis seluruhnya, kata Sun Cable.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas