PTFI: Permintaan Tembaga Dunia Akan Semakin Meningkat Pesat Seiring Pertumbuhan Kendaraan Listrik
65 persen kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik yang sangat dibutuhkan kendaraan listrik.
Editor: Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tren dunia untuk mewujudkan energi bersih mendorong berbagai pihak untuk mulai beralih ke moda transportasi tenaga listrik rendah emisi.
Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI), Tony Wenas mengatakan, permintaan tembaga dunia ke depan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) dan pengembangan pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT).
Terlebih, kata Tony, 65 persen kebutuhan tembaga dunia adalah untuk menghantarkan listrik.
Baca juga: Presiden Jokowi Siap Hentikan Ekspor Bauksit dan Tembaga
“Ke depan konsumsi tembaga untuk kendaraan listrik dan energi terbarukan akan meningkat pesat. Kendaraan listrik menggunakan tembaga 4 kali lebih banyak dibandingkan kendaraan konvensional dan teknologi energi terbarukan menggunakan tembaga 4 sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan pembangkit listrik berbahan bakar fosil,” ujar Tony saat di lokasi Smelter Manyar yang tengah dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE), ditulis Senin (16/1/2023).
Menurutnya, Keberadaan smelter tembaga dengan design single line terbesar di dunia yang tengah dibangun PTFI ini, akan menjadi salah satu bagian dari ekosistem kendaraan listrik.
Selaras dengan komitmen perusahaan untuk mendukung agenda percepatan pengembangan industri hilir dan transformasi ekonomi nasional, Tony menyebut PTFI akan terus memastikan kesinambungan pembangunan Smelter Manyar.
“Komitmen ini juga diperkuat dengan agenda pemerintah untuk menciptakan ekosistem electric vehicle (EV) yang terintegrasi dan membutuhkan lebih banyak tembaga dari dalam negeri,” jelas Tony.
Smelter Manyar telah mencapai progres konstruksi 51,7 persen pada akhir Desember 2022, dengan biaya investasi yang telah dikeluarkan sebesar 1,63 miliar dolar AS atau setara 25 triliun rupiah dari nilai total investasi sebesar 3 miliar dolar AS atau sekitar 42 triliun rupiah.
Capaian ini sesuai dengan kurva-S dari rencana kerja proyek yang telah disetujui Pemerintah.
“Walaupun aktivitas ini sempat terhalang oleh pandemi, saat ini kami telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan. Konstruksi fisik akan seluruhnya selesai pada akhir 2023,
yang dilanjutkan dengan Pre Commissioning dan Commissioning pada awal 2024, dan akan mulai produksi pada bulan Mei 2024,” tutup Tony.
Smelter Manyar memiliki kapasitas produksi 1,7 juta dry metric ton (dmt) konsentrat tembaga per tahun, dan akan menghasilkan 600.000 ton katoda tembaga per tahun.