Pemerintah Kejar Target Hilirisasi Investasi 545,3 Miliar Dolar AS, Bahlil: Syarat Jadi Negara Maju
Bahlil menyampaikan sektor prioritas untuk hilirisasi investasi di Indonesia ditetapkan berjumlah 12 komoditas.
Penulis: Nitis Hawaroh
Editor: Seno Tri Sulistiyono
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nitis Hawaroh
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, target hilirisasi investasi tahun 2023 sampai 2035 mencapai 545,3 miliar dolar Amerika Serikat.
Kata Bahlil, capaian target investasi tersebut nantinya ditopang melalui 12 komoditas yang tergabung dalam delapan sektor prioritas meliputi mineral dan batubara, minyak gas bumi, perkebunan, kelautan, perhutanan dan perikanan.
Hal tersebut disampaikan Bahlil dalam acara Konferensi Pers Hilirisasi Kunci Investasi dan Tantangan Investasi 2023 secara virtual, Selasa (17/1/2023).
Baca juga: Bahlil soal Rencana Investasi Tesla di Indonesia: Pak Luhut Paling Tahu, Kami Sudah Bagi Tugas
"Total investasinya kalau kita bisa capai ke depan itu sebesar 545,3 miliar dolar AS. Ini adalah angka yang tidak sedikit, angka yang fantastis. Tapi ini adalah salah satu syarat untuk negara kita bisa lepas dari negara berkembang menjadi negara maju," kata Bahlil.
Bahlil menegaskan, hilirisasi di tahun ini tidak hanya menyoal nikel. Untuk itu, dia menambah sektor prioritas untuk hilirisasi investasi di Indonesia berjumlah 12 komoditas. Namun, dia belum mampu menjelaskan secara rinci 12 komoditas tersebut.
"Hal ini perlu sampaikan bahwa selama hilirisasi kita cuman berbicara tentang nikel. Saya pikir kita tidak lagi hanya fokus pada satu komoditas," ucap dia.
"Sumber daya alam kita banyak, maka kita breakdown dengan peluang-peluang peta investasi yang ada dengan komponen yang tadi. Itu kita breakdown di dalam 21 komoditas," sambungnya.
Terakhir, Bahlil memprediksikan, sebanyak 29 miliar dolar Amerika Serikat bakal disumbang oleh masing-masing dari 12 komoditas itu. Sehingga kata dia, hal tersebut berdampak pada peningkatan pajak.
"Taksiran kami, kurang lebih sekitar 29 sampai 30 miliar dolar AS. Itu baru satu komoditas, maka kemudian itu berdampak pada peningkatan pajak. Kemudian pada peningkatan kompetitif kita, dan neraca perdagangan kita. Kami tidak ingin berakhir di nikel," tegas dia.