Skandal Besar Adani Group Lenyapkan 50 Persen Harta Orang Terkaya di Asia, Begini Kronologinya
Gautam Adani merupakan pemilik konglomerat Adani Group. Perusahaan ini memiliki tambang, pelabuhan dan pembangkit listrik.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Hendra Gunawan
Jatuhnya saham-saham tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana bisnis Adani Group dapat terus menutupi biaya mereka.
Beban utang yang besar dari perusahaan Adani, yang menjadi salah satu kekhawatiran yang diangkat oleh Hindenburg, berada di bawah pengawasan.
Lembaga pemeringkat kredit Moody's mengatakan gejolak tersebut kemungkinan akan mengurangi kemampuan konglomerat tersebut untuk meningkatkan modal.
Dalam sebuah pernyataan pada Rabu malam, Adani menekankan bisnisnya tetap kokoh, dan para eksekutif akan meninjau kembali strategi pasar modalnya “setelah pasar stabil.”
“Neraca kami sangat sehat dengan arus kas yang kuat dan aset yang aman, dan kami memiliki rekam jejak yang sempurna dalam membayar utang kami,” katanya.
Konsekuensi dari aksi jual tersebut mungkin tidak dapat ditanggung oleh Adani. Bank India yang memegang aset Adani Group juga dapat terpengaruh jika nilai kepemilikan tersebut terus turun.
Reserve Bank of India mengatakan pada Jumat, sektor perbankan "tetap tangguh dan stabil" berdasarkan penilaian terbaru dan berjanji untuk terus memantau situasi.
Dalam pernyataan pertamanya tentang gejolak pasar baru-baru ini, Securities and Exchange Board of India (SEBI), mengatakan mereka telah mengamati "pergerakan harga yang tidak biasa di saham konglomerat bisnis".
"Jika ada informasi yang sampai ke pemberitahuan SEBI, itu akan diperiksa dan tindakan yang tepat akan diambil," kata SEBI pada Sabtu (4/2/2023).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.