Rusia Pangkas Produksi Minyak Hingga 500.000 Barel, Balas Pembatasan Harga oleh Barat
Keputusan tersebut dilakukan setelah pihak Barat memberlakukan pembatasan harga pada minyak dan produk minyak Rusia.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Muhammad Zulfikar
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengumumkan Moskow akan memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari (bph) pada Maret 2023.
Keputusan tersebut dilakukan setelah pihak Barat memberlakukan pembatasan harga pada minyak dan produk minyak Rusia.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent naik di tengah berita pengurangan produksi dari Rusia, meningkat lebih dari 2,5 persen pada perdagangan hari ini, Jumat (10/2/2023), menjadi 86,6 dolar AS per barel.
Baca juga: Menko Perekonomian Airlangga Bantah Indonesia Stop Ekspor Minyak Sawit ke Eropa
"Sampai hari ini, kami sepenuhnya menjual seluruh volume minyak yang diproduksi, namun seperti yang dinyatakan sebelumnya, kami tidak akan menjual minyak kepada mereka yang secara langsung atau tidak langsung mematuhi prinsip 'batas harga'," kata Novak dalam sebuah pernyataan.
"Dalam hal ini, Rusia akan secara sukarela mengurangi produksi sebesar 500.000 barel per hari pada bulan Maret. Ini akan berkontribusi pada pemulihan hubungan pasar," imbuhnya.
Rusia merupakan pengekspor minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi.
Kremlin mengatakan Rusia telah mengadakan pembicaraan dengan beberapa anggota kelompok produsen minyak OPEC+ mengenai keputusannya untuk memangkas produksi.
Novak kemudian menambahkan, Rusia tidak mengadakan konsultasi formal karena pemotongan itu bersifat sukarela.
Dua delegasi OPEC+ mengatakan kepada Reuters, kelompok itu tidak merencanakan tindakan setelah Rusia mengumumkan pengurangan produksi minyak.
Saat Rusia mencoba membalas pembatasan harga yang telah diberlakukan Barat dalam upaya untuk menghentikan pendapatan minyak Moskow, pemotongan produksi menunjukkan bahwa batasan harga pada produk minyak Rusia memiliki beberapa dampak.
Group of Seven (G7), Uni Eropa, dan Australia setuju untuk melarang penggunaan asuransi, keuangan, dan perantara maritim yang dipasok Barat untuk minyak Rusia yang berlayar di laut dengan harga di atas 60 dolar AS per barel mulai 5 Desember 2022, sebagai bagian dari sanksi Barat terhadap Moskow atas konflik di Ukraina.
Baca juga: Kapal Tanker Macet di Turki Makin Bertambah, Sanksi Barat Atas Minyak Rusia Tuai Kecaman
Uni Eropa juga memberlakukan larangan pembelian produk minyak Rusia dan menetapkan batas harga mulai 5 Februari.
Sedangkan Rusia telah melarang kesepakatan yang melibatkan penerapan mekanisme batas harga.
Keputusan Rusia untuk memangkas produksi minyak diumumkan hanya sembilan hari setelah panel OPEC+, di mana Rusia adalah salah satu anggota kelompok itu mendukung kebijakan produksi grup produsen minyak saat ini, meninggalkan pemotongan produksi yang disepakati pada tahun lalu.
"Rusia percaya bahwa mekanisme 'batas harga' dalam penjualan minyak dan produk minyak Rusia merupakan campur tangan dalam hubungan pasar dan kelanjutan dari kebijakan energi yang merusak dari negara-negara kolektif Barat," kata Novak.
Juru bicara Novak kemudian mengatakan, pemotongan itu hanya berlaku untuk minyak mentah, tanpa kondensat gas, sejenis minyak ringan.
Produksi minyak Rusia pada tahun lalu berhasil lolos dari ekspektasi penurunan, naik 2 persen menjadi 535 juta ton (10,7 juta barel per hari) berkat lonjakan penjualan ke Asia, terutama ke India dan China.
Namun menyusul serangkaian sanksi baru dari Barat, Rusia menghadapi lebih banyak tantangan dalam menjual minyak, sumber utama pendapatan anggaran negaranya, yang membukukan defisit 25 miliar dolar AS pada Januari.
Volume ekspor yang lebih rendah menyusutkan surplus neraca berjalan Rusia sebesar 58,2 persen menjadi 8 miliar dolar AS pada Januari, menekan penyangga modal Rusia pada saat Moskow meningkatkan pengeluaran anggarannya.