Bursa Asia Jatuh Jelang Pengumuman Data Ekonomi Pekan Ini
Bursa saham Asia-Pasifik anjlok pada perdagangan hari ini, Senin (13/2/2023), karena investor menunggu pengumuman indeks harga konsumen AS.
Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Bursa saham Asia-Pasifik anjlok pada perdagangan hari ini, Senin (13/2/2023), karena investor menunggu pengumuman data ekonomi selama seminggu ini, termasuk indeks harga konsumen Amerika Serikat.
Dikutip dari CNBC, indeks Nikkei 225 Jepang turun 1 persen, sedangkan indeks Topix turun 0,4 persen karena yen Jepang berada di level 131,9 terhadap dolar AS. Pasar keuangan Jepang terus bergejolak setelah pemerintah negara itu dilaporkan mencalonkan Kazuo Ueda sebagai Gubernur Bank Jepang berikutnya.
Di Korea Selatan, indeks Kospi turun 0,8 persen, sementara indeks Kosdaq menghapus kenaikan sebelumnya dan diperdagangkan datar.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0.6 persen dan indeks Hang Seng Teknologi anjlok 0,8 persen. Di China Daratan, indeks Shanghai Composite naik 0,5 persen, sedangkan indeks Shenzhen Component naik 0,7 persen.
Indeks S&P/ASX 200 Australia turun 0,2 persen. Sementara indeks S&P/NZX 50 bergerak datar karena Selandia Baru bersiap menghadapi dampak dari siklon tropis Gabrielle.
Saham di Wall Street mengakhiri perdagangan mingguan dengan S&P 500 naik 0,2 persen dan Nasdaq Composite turun 0,61 persen pada Jumat (10/2/2023).
Kedua indeks tersebut membukukan minggu terburuk sejak Desember, setelah serangkaian laporan pendapatan perusahaan dan Federal Reserve AS (The Fed) mengulangi pesan hawkish mereka bahwa akan lebih banyak upaya yang harus dilakukan untuk menjinakkan inflasi. Sedangkan Dow ditutup hampir 170 poin lebih tinggi.
Laporan data ekonomi pekan ini dibuka oleh Singapura, yang melaporkan pertumbuhan PDB 3,6 persen untuk 2022, lebih rendah dari pertumbuhan 8,9 persen pada 2021.
Baca juga: Tren PHK di AS Bisa Dorong Penguatan Indeks Saham di Bursa Asia
Pada kuartal keempat tahun lalu, ekonomi negara itu tumbuh 2,1 persen secara tahunan, dibandingkan dengan 4 persen pada kuartal sebelumnya.
Kementerian perdagangan dan industri Singapura mempertahankan perkiraan PDB untuk 2023 sebesar 0,5 persen hingga 2,5 persen, dan mengatakan prospek pertumbuhan sektor terkait penerbangan dan pariwisata di Singapura telah membaik.
Pemulihan dalam perjalanan udara internasional dan pariwisata diperkirakan akan meningkat, menyusul pelonggaran pembatasan perbatasan China yang lebih cepat dari perkiraan.
Baca juga: Analis: Investor Saham di Bursa Asia Gelisah Soal Pembatasan dan Protes Covid-19 di China
Di sisi lain, prospek pertumbuhan untuk sektor-sektor berorientasi keluar lainnya tetap “lemah,” kata kementerian tersebut, mengingat perlambatan ekonomi global yang lebih luas.
Perlambatan yang dimaksud merujuk pada sektor-sektor seperti semikonduktor, yang diperkirakan akan terpengaruh oleh permintaan global yang lebih lemah, sementara rekayasa presisi diproyeksikan akan terbebani oleh pemotongan pengeluaran oleh produsen semikonduktor.