Rupiah Diramal Melemah Gara-gara Inflasi Amerika Masih Tinggi
Menurut Ibrahim pergerakan mata uang Garuda masih dakam bergejolak pada awal sesi perdagangan hingga akhirnya mengalami pelemahan.
Penulis: Yanuar R Yovanda
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yanuar Riezqi Yovanda
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi meramalkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) untuk perdagangan besok akan melemah.
Menurut Ibrahim pergerakan mata uang Garuda masih dakam bergejolak pada awal sesi perdagangan hingga akhirnya mengalami pelemahan.
"Mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif. Namun, ditutup melemah di rentang Rp 15.190 hingga Rp 15.240," ujar Ibrahim dalam risetnya, Rabu (15/2/2023).
Baca juga: Cakep! Hari Ini Pasar Saham dan Rupiah Cerah, IHSG Naik 0,60 Persen, Rupiah Jadi Rp 15.168/Dolar AS
Sedangkan dalam perdagangan sore ini, mata uang rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah 39 poin, walaupun sebelumnya sempat melemah 50 poin di level Rp 15.206 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.157.
Ibrahim menjelaskan, sentimen yang memengaruhi, yaitu dolar AS mendapat dukungan di Asia pada hari Rabu setelah inflasi AS sangat tinggi.
"Ini menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi lebih lama dari yang diharapkan investor. Headline CPI adalah 0,5 persen di Januari, sebagian besar karena biaya sewa dan makanan yang lebih tinggi," katanya.
Kendati angka inflasi tersebut sejalan dengan perkiraan, secara tahunan 6,4 persen sedikit lebih dari yang diharapkan terhadap penurunan suku bunga menjelang akhir 2023.
"Pada bulan Desember, proyeksi median anggota dewan Federal Reserve mencapai puncak suku bunga sebesar 5,1 persen tahun ini. Tetapi, pasar berjangka suku bunga sekarang menetapkan harga puncak di atas 5,2 persen dan pejabat Fed memberikan nada hawkish pada hari Selasa," pungkas Ibrahim.