Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Bisnis

Wall Street Ditutup Beragam, Tertekan Laporan Data Inflasi AS 

Bank sentral Amerika Serikat The Fed kemungkinan akan melanjutkan upayanya untuk melawan inflasi.

Penulis: Nur Febriana Trinugraheni
Editor: Choirul Arifin
zoom-in Wall Street Ditutup Beragam, Tertekan Laporan Data Inflasi AS 
The Epoch Times
Aktivitas perdagangan saham di Wall Street. 

Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Saham-saham Wall Street berakhir beragam pada perdagangan Selasa (14/2/2023), setelah data indeks harga konsumen AS untuk Januari menawarkan sedikit perubahan ekspektasi mengenai langkah selanjutnya dari Federal Reserve (The Fed) dalam menaikkan suku bunga.

Indeks harga konsumen (CPI) AS meningkat karena warga Negeri Paman Sam terus dibebani oleh biaya sewa rumah yang lebih tinggi, yang menunjukkan The Fed kemungkinan akan mempertahankan perjuangannya melawan inflasi.

"Inflasi tetap tinggi, meski tampaknya melambat. Melihat aksi harga hari ini, saya pikir mungkin ada sedikit aksi ambil untung karena kinerja tahun-ke-tahun yang kuat," kata kepala strategi ekuitas di US Bank Wealth Management di Minneapolis, Terry Sandven, yang dikutip dari Reuters.

Dari 11 indeks sektor S&P 500, sebanyak tujuh sektor turun, dipimpin oleh real estat yang anjlok 1,08 persen, dan diikuti oleh penurunan 0,95 persen pada bahan pokok konsumen.

Sedangkan produsen mobil listrik telah pulih lebih dari 60 persen pada tahun ini, setelah kehilangan dua pertiga nilainya pada tahun lalu.

Pasar keuangan bertaruh pada setidaknya dua kenaikan suku bunga 25 basis poin di tahun ini, dengan suku bunga terlihat memuncak di level 5,28 persen pada bulan Juli.

BERITA TERKAIT

Kekhawatiran investor bertambah setelah pernyataan hawkish dari Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin dan Presiden The Fed Dallas Lorie Logan.

Barkin mengatakan The Fed perlu memprioritaskan upayanya meredam inflasi atas risiko pertumbuhan ekonomi AS.

Wall Street memiliki awal yang optimis untuk tahun ini, terangkat oleh minat baru pada saham-saham pertumbuhan yang bergejolak dan terpukul pada 2022, karena The Fed menaikkan suku bunga secara agresif untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.

Baca juga: Keruntuhan Saham Adani Group Seret Nama-nama Besar Wall Street

Namun, Reli terhenti pada minggu lalu menyusul tanda-tanda pasar tenaga kerja yang ketat dan komentar hawkish dari pembuat kebijakan The Fed.

Indeks S&P 500 naik sekitar 8 persen sejauh ini pada 2023, sementara Indeks Nasdaq Composite telah pulih sekitar 14 persen.

Investor akan mengamati dengan cermat data penjualan ritel pada Januari yang terbit hari ini, Rabu (15/2/2023), untuk menunjukkan seberapa kuat belanja konsumen di tengah kekhawatiran perlambatan ekonomi.

Baca juga: Harga Minyak Langsung Naik Setelah Rilis Data Inflasi November AS yang Melambat

S&P 500 turun 0,03 persen dan berakhir pada 4.136,17 poin.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas